Rabu, 04 November 2015

Sosiolinguistik: PENELITIAN DIALOG PADA VARIASI BAHASA KOLOKIAL



       MAKALAH
Sosiolinguistik
PENELITIAN DIALOG PADA
VARIASI BAHASA KOLOKIAL
Dosen Pengampu : Dra. Triwarti Rahayu, M. Hum
Description: F:\logo\download (2).jpg
Disusun Oleh :
1.      Mahendra Fitriawan Sari              (12003055)
2.      Maya Marliana                              (12003060)
3.      Arya Gunawan                              (12003066)
4.      Andika Diah Puspitasari               (12003083)
5.      Devi Nur Alvianti                         (12003088)


Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2013



A. PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Bahasa percakapan yang ada di lingkungan masyarakat sering terjadi variasi bahasa yang salah satunya adalah Kolokial. Kolokial merupakan Bahasa yang sering digunakan dalam suatu masyarakat tutur tertentu, yang sering dipakai sebagai bahasa percakapan. Kolokial terjadi akibat adanya kedekatan dan persamaan antara penutur. Baik kedekatan sosial maupun persamaan latar belakang bahasa. Fenomena Kolokial bukan suatu bahasa formal melainkan bahasa antar sesama (tidak formal). Seorang penutur menyingkat atau memperpendek kata tanpa merubah arti kata yang sebenarnya, lawan tutur juga memahami arti kata yang disampaikan. Inilah yang dinamakan fenomena Kolokial.
Kolokial juga sering dikaitkan dengan bahasa Instan, karena tujuannya untuk mempercepat pengucapan kata suatu bahasa. Namun anggapan itu adalah salah, sebab Kolokial dihasilkan dari kata asli, yang sudah disepakati. Berbeda dengan bahasa gaul yang sering mengubah atau membuat kata baru yang merusak tatanan kata asli.
Dalam makalah ini, kami memilih bahasa Kolokial sesuai dengan hasil penelitian kami pada percakapan di sebuah iklan stasiun televisi, yaitu iklan oreo yang dibintangi oleh artis cilik Amanina Afiqah Ibrahim atau biasa dipanggil Afika. Pada dialog antara kedua anak kecil yang terdapat dalam iklan oreo tersebut memakai bahasa antar sesama atau tidak formal, yang juga disebut dengan fenomena bahasa Kolokial. Di mana seorang penutur (Cilla) menyingkat atau memperpendek kata tanpa merubah arti kata yang sebenarnya, dan lawan tutur (Afika) yang juga memahami arti kata yang disampaikan oleh penuturnya.

2.    Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Kolokial ?
2. Apa sajakah ciri-ciri Kolokial ?
3. Apa contoh bahasa Kolokial di masyarakat ?

3.    Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Kolokial.
2. Mengetahui ciri-ciri Kolokial.
3. Mengetahui contoh bahasa Kolokial di Masyarakat.
B.    KAJIAN TEORI  
1.      Pengertian Kolokial
Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata Kolokial berasal dari kata Colloquium (percakapan, konversasi). Jadi, Kolokial berarti bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Juga tidak tepat kalau Kolokial ini disebut bersifat “kampungan” atau bahasa kelas golongan bawah. Sebab yang penting adalah konteks dalam pemakaiannya. Dalam bahasa Inggris lisan ungkapan seperti don’t, I’d, well, pretty (very), funny (peculiar), dan take stock in (believe) adalah dari Variasi Kolokial. Dalam perkembangan kemudian ungkapan-ungkapan Kolokial ini sering juga digunakan dalam bahasa tulis..
Dari penelitian yang kami lakukan ini, kami memilih teori Bahasa Kolokial dari Dell Hymes dengan teori SPEAKING sebagai bahan kajiannya, yaitu sebagai berikut:
S (Setting and scene) waktu dan tempat
P (Participants) pihak yang terlibat dalam pertuturan
E (ends) maksud dan tujuan pertuturan
A (act sequence) bentuk ujaran dan isi ujaran
K (key) nada, cara, dan semangat suatu pesan disampaikan
I (instrumentalities) jalur dan kode ujaran yang digunakan, misal lisan, tulis, dialek, register, dan lain-lain.
N (norm of interaction and interpretation) aturan dalam berinteraksi, misal cara bertanya, penafsiran terhadap ujaran dari lawan tutur
G (genre) jenis bentuk penyampaian, misal narasi, puisi, doa, dan lain-lain.
Secara etimologi, peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, didalam tempat, waktu dan situasi tertentu yang diorganisasi secara sistematis untuk menyampaikan gagasan atau untuk mencapai tujuan. (Abdul Chaer2007: 67).
Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat. Sebuah peristiwa tutur terdiri atas beberapa komponen tutur, dan menurut Dell Hymes ( dalam Sumarsono dan Paina Partana, 2002 : 325), ada  komponen tutur yang dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

  1. Bentuk pesan (massage form)
  2. Isi Pesan (massage content)
  3. Latar (setting)
  4. Suasana (scene)
  5. Penutur (sender)
  6. Pendengar (receiver)
  7. Maksud – Hasil (purpose – outcome)
  8. Maksud – Tujuan (purpose – goal)
  9. Kunci (key)
  10. Saluran (channel)
  11. Bentuk tutur (form of speech)
  12. Norma Interaksi (norm of interaction)
  13. Norma Interpretasi (norm of interpretation)
  14. Jenis (genre)

.blogsp SSSSSSMSSFDJDJKDKKSMMMot
Salah satu sifat dari Kolokial adalah adanya unsur informal di dalam situasi tutur. Bahasa percakapan sehari-hari memang cenderung bersifat santai dan cair.
Kolokial ditandai oleh kosakata yang dipergunakan telah mengalami penurunan sesuai dengan situasi tutur. Oleh karena itu Kolokial dinilai lebih rendah daripada bahasa baku. Penurunan tataran sesuai dengan situasi tersebut berkaitan dengan tujuan praktis dari komunikasi informal di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bentuk nyata dari adanya penurunan kosakata di dalam Kolokial adalah pada proses “pembuntungan”, artinya kata-kata banyak yang dikurangi suku katanya sehingga menjadi tidak lengkap lagi. Meskipun kosakatanya telah mengalami “pembuntungan” akan tetapi komunikasi tetap dapat berjalan lancar.
Dalam bahasa Indonesia, percakapan banyak digunakan bentuk-bentuk kolokial, seperti dok (dokter), prof (profesor). Let (letnan), ndak ada (tidak ada), trusah (tidak usah), dan sebagainya. Dalam pembicaraan atau tulisan formal ungkapan-ungkapan seperti contoh di atas harus dihindarkan.


2.     Ciri-Ciri Kolokial
                        Adapun ciri-ciri bahasa Kolokial sebagai berikut:
1.    Kolokial menggunakan ragam bahasa lisan bukan tulis
2.    Ujaran dan isi pembicaraan yang ringkas
3.    Bobot pembicaraan ringan
4.    Adanya kedekatan antara kedua penutur.













C.  PEMBAHASAN

1.    Bahasa Kolokial dari percakapan iklan di Indonesia
Percakapan di iklan oreo, sebagai berikut:
(Afika sedang belajar menulis, datang seorang anak kecil bernama Cilla yang merupakan temannya)
Cilla                 : Afikaaaaa ? (nada akrab dan masuk duduk di dekat Afika)
Afika               : Iya..”
Cilla                 : Ada yang baru nih.” (sambil membawa produk oreo)
Afika               : Apa?
Cilla                 : Pake ini dulu yah..” (sambil memakaikan jaket ke Afika dan   memasangkan penutup kepala yang ada pada jaket tersebut)
(afika pun bingung)
Cilla                  : Udah siaaaap?
Afika                  : Udah (sambil menggangguk)
Cilla                   : Tapi dingin loh ! (membuat Afika semakin merasa penasaran)
Cilla                   : Ini dia oreo ice cream rasa orange..”
Afika                  : Haah ? jeruukk ?”
Cilla dan Afika  : “Diputer , dijilat, dicepulin deh.” (ke dalam segelas susu)
BRRRRRRRRRRRRRRRRRR............... DINGIIIIIIIIINNNNN......!!!!
Afika                  : HANYA OREOO!


2.    Pembahasan iklan di atas

1.      Latar (Setting/Scene)
Pada iklan di atas mempunyai latar tempat di rumah Afika tepatnya di ruang belajar. Ketika Afika sedang menulis, kemudian datang temannya yang bernama Cilla dengan membawa oreo.
2.      Peserta (Participants)
Afika dan Cilla, seperi dialog berikut ini:
Cilla               : Afikaaaaa ? (nada akrab dan masuk duduk di dekat Afika)
Afika               : Iya..”
Cilla                 : Ada yang baru nih.” (sambil membawa produk oreo)
Afika               : Apa?
Cilla                 : Pake ini dulu yah..” (sambil memakaikan jaket ke Afika dan   memasangkan penutup kepala yang ada pada jaket tersebut)
(afika pun bingung)
Cilla                  : Udah siaaaap?
Afika                  : Udah (sambil menggangguk)
Cilla                   : Tapi dingin loh ! (membuat Afika semakin merasa penasaran)
Cilla                   : Ini dia oreo ice cream rasa orange..”
Afika                  : Haah ? jeruukk ?”
Cilla dan Afika  : “Diputer , dijilat, dicepulin deh.” (ke dalam segelas susu)
BRRRRRRRRRRRRRRRRRR............... DINGIIIIIIIIINNNNN......!!!!
Afika                  : HANYA OREOO!
3.      Hasil (Ends)
Hasil dari percakapan tersebut Afika terkejut atas kedatangan Cilla di rumahnya, kemudian Cilla membawakan sesuatu sehingga membuat Afika merasa penasaran. Akhirnya Cilla menunjukkan apa yang dibawanya pada Afika, yaitu sebuah produk oreo baru. Merekapun menikmati oreo itu dengan segelas susu.
4.      Amanat (Act Sequence)
Amanat yang disampaikan oleh iklan tersebut kepada penonton, terutama anak-anak adalah pentingnya arti persahabatan dan kebersamaan yang ditunjukkan oleh Afika dan Cilla.
5.      Cara, nada dan semangat (Keys)
Cara penyampaian dialog iklan di atas adalah menggunakan bahasa yang tidak formal namun mudah dipahami oleh lawan tutur. Misalnya pada kata ‘Iya’ menjadi ‘Yah’ seperti kutipan dialog  “Pake ini dulu yah.” Perubahan kata ‘Iya’ menjadi ‘Yah’ dimaksudkan untuk menyatakan persetujuan dan penegasan dalam bertanya.
6.      Sarana (Instruments)
Dalam dialog tersebut menggunakan bahasa lisan yang disampaikan melalui media elektronik, yakni televisi yang ditayangkan di dalam sebuah iklan.
7.      Norma (Norm)
Norma yang terlihat dari dialog tersebut adalah norma sosial, terlihat dari kebersamaan antara Afika dan Cilla.
8.      Jenis (genre)
Jenis dialog tersebut adalah percakapan anak sehari-hari.





D. PENUTUP
1.    Kesimpulan
Kolokial hanya terjadi pada bahasa lisan, dengan ragam non-standar.  Kolokial, mengkesampingkan  kaidah tatabahasa yang dipentingkan adalah kesetaraan antara kedua penutur. Koloial dilakukan oleh penutur bahasa yang memiliki kesamaan dialek, geografis, sosial, serta bobot pembicaraan dalam Kolokial bersifat ringan, di-mana antara kedua penutur sudah terjalin kedekatan dan saling pengertian dalam memahami bahasa mereka, tanpa memperhatikan sistem kaidah kebahasaan.
Dari analisis dialog pada iklan produk oreo tersebut cenderung menggunakan bahasa lisan yang tidak formal yang biasa digunakan pada percakapan sehari-hari. Hal tersebut terlihat pada dialog – dialog yang sudah dianalisis menurut teori SPEAKING yang dicetuskan oleh Dell Hymes.




















Daftar Pustaka
Ø  Remaja sampit. 2012. Kolokial bahasa Indonesia. Online.

Ø  Aloysius indratmo. 2010. Vulgar Slang dan Kolokial Bahasa. Online.

Ø  Pujangga Timur Tengah. 2011. Kolokial Dalam Bahasa Arab. Online.

Ø  Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Ø  Edi suryadi. 2012. Masyarakat Bahasa 2. Online.
Ø  Sulis purwita. 2012. Analisis peristiwa tutur dalam cerpen batu betina karya syarif hidatullah. Online.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar