MAKALAH
Sosiolinguistik
PENELITIAN
DIALOG PADA
VARIASI BAHASA KOLOKIAL
Dosen
Pengampu : Dra. Triwarti Rahayu, M. Hum

Disusun Oleh :
1. Mahendra
Fitriawan Sari (12003055)
2. Maya
Marliana (12003060)
3. Arya
Gunawan (12003066)
4. Andika
Diah Puspitasari (12003083)
5. Devi
Nur Alvianti (12003088)
Kelas
B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2013
A.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa
percakapan yang ada di lingkungan masyarakat sering terjadi variasi bahasa yang
salah satunya adalah Kolokial. Kolokial merupakan Bahasa yang sering digunakan
dalam suatu masyarakat tutur tertentu, yang sering dipakai sebagai bahasa
percakapan. Kolokial terjadi akibat adanya kedekatan dan persamaan antara
penutur. Baik kedekatan sosial maupun persamaan latar belakang bahasa. Fenomena
Kolokial bukan suatu bahasa formal melainkan bahasa antar sesama (tidak formal).
Seorang penutur menyingkat atau memperpendek kata tanpa merubah arti kata yang
sebenarnya, lawan tutur juga memahami arti kata yang disampaikan. Inilah yang
dinamakan fenomena Kolokial.
Kolokial
juga sering dikaitkan dengan bahasa Instan, karena tujuannya untuk mempercepat
pengucapan kata suatu bahasa. Namun anggapan itu adalah salah, sebab Kolokial
dihasilkan dari kata asli, yang sudah disepakati. Berbeda dengan bahasa gaul
yang sering mengubah atau membuat kata baru yang merusak tatanan kata asli.
Dalam makalah
ini, kami memilih bahasa Kolokial sesuai dengan hasil penelitian kami pada
percakapan di sebuah iklan stasiun televisi, yaitu iklan oreo yang dibintangi
oleh artis cilik Amanina Afiqah Ibrahim atau biasa dipanggil Afika. Pada dialog
antara kedua anak kecil yang terdapat dalam iklan oreo tersebut memakai bahasa
antar sesama atau tidak formal, yang juga disebut dengan fenomena bahasa
Kolokial. Di mana seorang penutur (Cilla) menyingkat atau memperpendek kata
tanpa merubah arti kata yang sebenarnya, dan lawan tutur (Afika) yang juga
memahami arti kata yang disampaikan oleh penuturnya.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud
dengan Kolokial ?
2. Apa sajakah ciri-ciri Kolokial
?
3. Apa contoh bahasa Kolokial
di masyarakat ?
3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Kolokial.
2. Mengetahui ciri-ciri Kolokial.
3. Mengetahui contoh bahasa
Kolokial di Masyarakat.
B. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Kolokial
Kolokial
adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata Kolokial
berasal dari kata Colloquium (percakapan,
konversasi). Jadi, Kolokial berarti bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Juga
tidak tepat kalau Kolokial ini disebut bersifat “kampungan” atau bahasa kelas
golongan bawah. Sebab yang penting adalah konteks dalam pemakaiannya. Dalam
bahasa Inggris lisan ungkapan seperti don’t,
I’d, well, pretty (very), funny (peculiar), dan take stock in (believe) adalah dari Variasi Kolokial. Dalam
perkembangan kemudian ungkapan-ungkapan Kolokial ini sering juga digunakan dalam
bahasa tulis..
Dari
penelitian yang kami lakukan ini, kami memilih teori Bahasa Kolokial dari Dell
Hymes dengan teori SPEAKING sebagai bahan kajiannya, yaitu sebagai berikut:
S (Setting and scene) waktu dan tempat
P
(Participants) pihak yang terlibat dalam pertuturan
E (ends)
maksud dan tujuan pertuturan
A (act
sequence) bentuk ujaran dan isi ujaran
K (key)
nada, cara, dan semangat suatu pesan disampaikan
I
(instrumentalities) jalur dan kode ujaran yang digunakan, misal lisan, tulis,
dialek, register, dan lain-lain.
N (norm of
interaction and interpretation) aturan dalam berinteraksi, misal cara bertanya,
penafsiran terhadap ujaran dari lawan tutur
G (genre)
jenis bentuk penyampaian, misal narasi, puisi, doa, dan lain-lain.
Secara etimologi, peristiwa tutur adalah terjadinya
atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih
yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok
tuturan, didalam tempat, waktu dan situasi tertentu yang diorganisasi secara sistematis
untuk menyampaikan gagasan atau untuk mencapai tujuan. (Abdul Chaer2007: 67).
Sebuah
percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi
syarat. Sebuah peristiwa tutur terdiri atas beberapa komponen tutur, dan
menurut Dell Hymes ( dalam Sumarsono dan Paina Partana, 2002 : 325), ada komponen tutur yang dapat dijelaskan secara
singkat sebagai berikut :
- Bentuk pesan (massage form)
- Isi Pesan (massage content)
- Latar (setting)
- Suasana (scene)
- Penutur (sender)
- Pendengar (receiver)
- Maksud – Hasil (purpose – outcome)
- Maksud – Tujuan (purpose – goal)
- Kunci (key)
- Saluran (channel)
- Bentuk tutur (form of speech)
- Norma Interaksi (norm of interaction)
- Norma Interpretasi (norm of interpretation)
- Jenis (genre)
.blogsp SSSSSSMSSFDJDJKDKKSMMMot
Salah satu sifat dari Kolokial adalah adanya unsur
informal di dalam situasi tutur. Bahasa percakapan sehari-hari memang cenderung
bersifat santai dan cair.
Kolokial ditandai oleh kosakata yang dipergunakan telah mengalami penurunan sesuai dengan situasi tutur. Oleh karena itu Kolokial dinilai lebih rendah daripada bahasa baku. Penurunan tataran sesuai dengan situasi tersebut berkaitan dengan tujuan praktis dari komunikasi informal di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bentuk nyata dari adanya penurunan kosakata di dalam Kolokial adalah pada proses “pembuntungan”, artinya kata-kata banyak yang dikurangi suku katanya sehingga menjadi tidak lengkap lagi. Meskipun kosakatanya telah mengalami “pembuntungan” akan tetapi komunikasi tetap dapat berjalan lancar.
Kolokial ditandai oleh kosakata yang dipergunakan telah mengalami penurunan sesuai dengan situasi tutur. Oleh karena itu Kolokial dinilai lebih rendah daripada bahasa baku. Penurunan tataran sesuai dengan situasi tersebut berkaitan dengan tujuan praktis dari komunikasi informal di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bentuk nyata dari adanya penurunan kosakata di dalam Kolokial adalah pada proses “pembuntungan”, artinya kata-kata banyak yang dikurangi suku katanya sehingga menjadi tidak lengkap lagi. Meskipun kosakatanya telah mengalami “pembuntungan” akan tetapi komunikasi tetap dapat berjalan lancar.
Dalam bahasa Indonesia, percakapan banyak digunakan
bentuk-bentuk kolokial, seperti dok
(dokter), prof (profesor). Let (letnan), ndak ada (tidak ada), trusah (tidak
usah), dan sebagainya. Dalam pembicaraan atau tulisan formal
ungkapan-ungkapan seperti contoh di atas harus dihindarkan.
2. Ciri-Ciri
Kolokial
Adapun
ciri-ciri bahasa Kolokial sebagai berikut:
1. Kolokial
menggunakan ragam bahasa lisan bukan tulis
2. Ujaran
dan isi pembicaraan yang ringkas
3. Bobot
pembicaraan ringan
4. Adanya
kedekatan antara kedua penutur.
C.
PEMBAHASAN
1. Bahasa Kolokial
dari percakapan iklan di Indonesia
Percakapan di iklan oreo, sebagai berikut:
(Afika sedang belajar menulis, datang seorang anak kecil bernama Cilla yang merupakan temannya)
Cilla : “Afikaaaaa ?” (nada akrab dan masuk duduk di dekat Afika)
Afika : “Iya..”
Cilla : “Ada yang baru nih.” (sambil membawa produk oreo)
Afika : “Apa?”
Cilla : “Pake ini dulu yah..” (sambil memakaikan jaket ke Afika dan memasangkan penutup kepala yang ada pada jaket tersebut)
(afika pun bingung)
Cilla : “Udah siaaaap?”
Afika : “Udah” (sambil menggangguk)
Cilla : “Tapi dingin loh !” (membuat Afika semakin merasa penasaran)
Cilla : “Ini dia oreo ice cream rasa orange..”
Afika : “Haah ? jeruukk ?”
Cilla dan Afika : “Diputer , dijilat, dicepulin deh.” (ke dalam segelas susu)
BRRRRRRRRRRRRRRRRRR...............
DINGIIIIIIIIINNNNN......!!!!
Afika : HANYA OREOO!
2. Pembahasan
iklan di atas
1. Latar
(Setting/Scene)
Pada iklan di atas mempunyai latar
tempat di rumah Afika tepatnya di ruang belajar. Ketika Afika sedang menulis,
kemudian datang temannya yang bernama Cilla dengan membawa oreo.
2. Peserta
(Participants)
Afika dan Cilla, seperi dialog
berikut ini:
Cilla : “Afikaaaaa ?” (nada akrab dan masuk duduk di dekat Afika)
Afika : “Iya..”
Cilla : “Ada yang baru nih.” (sambil membawa produk oreo)
Afika : “Apa?”
Cilla : “Pake ini dulu yah..” (sambil memakaikan jaket ke Afika dan memasangkan penutup kepala yang ada pada jaket tersebut)
(afika pun bingung)
Cilla : “Udah siaaaap?”
Afika : “Udah” (sambil menggangguk)
Cilla : “Tapi dingin loh !” (membuat Afika semakin merasa penasaran)
Cilla : “Ini dia oreo ice cream rasa orange..”
Afika : “Haah ? jeruukk ?”
Cilla dan Afika : “Diputer , dijilat, dicepulin deh.” (ke dalam segelas susu)
BRRRRRRRRRRRRRRRRRR...............
DINGIIIIIIIIINNNNN......!!!!
Afika : HANYA OREOO!
3. Hasil
(Ends)
Hasil
dari percakapan tersebut Afika terkejut atas kedatangan Cilla di rumahnya,
kemudian Cilla membawakan sesuatu sehingga membuat Afika merasa penasaran.
Akhirnya Cilla menunjukkan apa yang dibawanya pada Afika, yaitu sebuah produk
oreo baru. Merekapun menikmati oreo itu dengan segelas susu.
4. Amanat
(Act Sequence)
Amanat
yang disampaikan oleh iklan tersebut kepada penonton, terutama anak-anak adalah
pentingnya arti persahabatan dan kebersamaan yang ditunjukkan oleh Afika dan
Cilla.
5. Cara,
nada dan semangat (Keys)
Cara
penyampaian dialog iklan di atas adalah menggunakan bahasa yang tidak formal
namun mudah dipahami oleh lawan tutur. Misalnya pada kata ‘Iya’ menjadi ‘Yah’
seperti kutipan dialog “Pake ini dulu
yah.” Perubahan kata ‘Iya’ menjadi ‘Yah’ dimaksudkan untuk menyatakan
persetujuan dan penegasan dalam bertanya.
6. Sarana
(Instruments)
Dalam dialog tersebut menggunakan
bahasa lisan yang disampaikan melalui media elektronik, yakni televisi yang
ditayangkan di dalam sebuah iklan.
7. Norma
(Norm)
Norma yang terlihat dari dialog
tersebut adalah norma sosial, terlihat dari kebersamaan antara Afika dan Cilla.
8. Jenis
(genre)
Jenis dialog tersebut adalah
percakapan anak sehari-hari.
D.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kolokial
hanya terjadi pada bahasa lisan, dengan ragam non-standar. Kolokial,
mengkesampingkan kaidah tatabahasa yang dipentingkan adalah kesetaraan
antara kedua penutur. Koloial dilakukan oleh penutur bahasa
yang memiliki kesamaan dialek, geografis, sosial, serta bobot pembicaraan dalam
Kolokial bersifat ringan, di-mana antara kedua penutur sudah terjalin kedekatan
dan saling pengertian dalam memahami bahasa mereka, tanpa memperhatikan sistem
kaidah kebahasaan.
Dari analisis dialog pada iklan produk oreo tersebut
cenderung menggunakan bahasa lisan yang tidak formal yang biasa digunakan pada
percakapan sehari-hari. Hal tersebut terlihat pada dialog – dialog yang sudah
dianalisis menurut teori SPEAKING yang dicetuskan oleh Dell Hymes.
Daftar
Pustaka
Ø Remaja
sampit. 2012. Kolokial bahasa Indonesia. Online.
(http://remajasampit.blogspot.com/2012/11/kolokial-bahasa-indonesia.html.
diakses pada tanggal 08 Desember
2013)
Ø Aloysius
indratmo. 2010. Vulgar Slang dan Kolokial
Bahasa. Online.
(http://aloysiusindratmo.blogspot.com/2010/04/vulgar-slang-dan-kolokial-bahasa-jawa.html.
diakses pada tanggal 08 Desember 2013)
Ø Pujangga
Timur Tengah. 2011. Kolokial Dalam Bahasa
Arab. Online.
(http://pujanggatimurtengah.blogspot.com/2011/01/kolokial-dalam-bahasa-arab.html. diakses pada tanggal 08
Desember 2013)
Ø Chaer,
Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan
Awal. Jakarta : Rineka Cipta.
Ø Edi
suryadi. 2012. Masyarakat Bahasa 2. Online.
(http://edisuryadimaranaicindo.wordpress.com/2012/03/01/masyarakat-bahasa-2/.
diakses pada tanggal 08 Desember 2013)
Ø Sulis
purwita. 2012. Analisis peristiwa tutur
dalam cerpen batu betina karya syarif hidatullah. Online.
http://sulispurwitaa.wordpress.com/2012/08/03/analisis-peristiwa-tutur-dalam-cerpen-batu-betina-karya-syarif-hidayatullah/
diakses pada tanggal 20 Desember 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar