MITOS
DI BALIK
MELETUSNYA
GUNUNG KELUD
Makalah
(Makalah ini disusun untuk mata kuliah Sastra Lama)
Dosen pengampu: Sujarwa Drs, M.Hum

A
Disusun
oleh kelompok 5:
1.
Edo Winarno
(10003193)
2.
Rohadi Almalih
(10003200)
3.
Dewi Nur F
(10003205)
4.
Aprilia N (10003210)
5.
Kholil Amri
(10003212)
6.
Sukoco Purbo Kesumo
(10003222)
7.
Ika Pratiwi
(10003241)
8.
Eis Bety Rahayu
(12003001)
9.
Arif Wibowo
(12003014)
10. Dina Astuti (12003043)
11. Eka Sri Utari (12003053)
12. Maya Marliana (12003060)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014
·
Daftar Isi
1.
BAB 1: Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan
Masalah...................................................................................................1
1.3.
Tujuan......................................................................................................................1
2.
BAB 2: Pembahasan
1. Cerita Mitos di Indonesia
Mitos di Balik Meletusnya Gunung Kelud....................................................................2
2. Analisis Mitos
Mitos..................................................................................................3
3.
BAB 3: Penutup
4.
Kesimpulan.................................................................................................................5
5.
Saran...........................................................................................................................5
4.
Daftar Pustaka...............................................................................................................6
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di tengah kemajuan peradaban manusia,
tradisi lisan sebagai kekuatan kultural merupakan sumber pembentukan peradaban
dalam berbagai aspek kehidupan, yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan komunikasi modern. Tradisi lisan sebagai kekuatan
kultural yaitu merupakan sumber pembentukan peradaban dalam berbagai aspek
kehidupan. Hal ini penting karena tradisi lisan, dalam berbagai bentuknya sangat
kompleks yang mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan
komunitas pemiliknya. Tidak hanya cerita, mitos, legenda, dan dongeng. Misalnya:
kearifan lokal, sistem nilai, pengetahuan tradisional, sejarah, hukum, adat,
pengobatan, sistem kepercayaan dan religi, astrologi, dan berbagai hasil seni.
Selain merupakan identitas komunitas dan salah satu sumber penting dalam
pembentukan karakter bangsa, tradisi lisan juga sebagai pintu masuk untuk
memahami permasalahan masyarakat pemilik tradisi yang bersangkutan.
Secara definisi, tradisi lisan itu sendiri merupakan tradisi yang
berkembang di dalam masyarakat yang diceritakan dari mulut ke mulut dan secara
turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi lisan erat
kaitannya dengan adat istiadat yang melekat pada suatu masyarakat di
sekitarnya.
Tradisi-tradisi lisan yang ada di suatu wilayah dapat berupa simbol,
dongeng, legenda, adat istiadat atau kebiasaan, dan bentuk-bentuk yang lain.
Kebanyakan dari tradisi lisan itu mengandung sebuah filosofi yang begitu
diyakini oleh masyarakat sehingga menjadi seperti kepercayaan. Dari tradisi itu
muncullah tujuan-tujuan yang melatar belakangi adanya tradisi lisan tersebut.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Bagaiman
kisah di balik mitos meletusnya Gunung Kelud?
b. Bagaimana
analisis mengenai cerita mitos tersebut?
1.3.
Tujuan
a. Mengetahui
kisah di balik mitos meletusnya Gunung Kelud.
b. Mengetahui
analisis mengenai cerita mitos tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Mitos di Balik Meletusnya Gunung Kelud
LEMBU
SURO DAN DEWI KILISUCI
Malam Jumat Wage, bertepatan dengan dengan malam
Valentine dimana seharusnya dipenuhi dengan kasih sayang, Gunung Kelud
memuntahkan laharnya. Malam itu, Malam yang kelam ditingkahi dengan gemuruh
letusan kelud yang disertai dengan petir yang menyambar.
Akibat amuk Kelud, sebagian besar jawa di selimuti
abu. Puluhanribu warga disekitar gunung berapi yang bertipe strato itu
mengungsi.. Langit gelap, juga diikuti petir dan guyuran hujan abu membuat
Jumat itu menjadi kelabu.
Dan, sepertinnya sudah kebiasaan orang Jawa atau orang
Indonesia pada umumnya. Pada sebuah bencana, seringkali muncul adanya
mitos-mitos yang menyertainya. Kali ini, erupsi Gunung Kelud dikaitkan dengan
amukan Lembu Suro, seorang raksasa yang dikhianati cintanya dan dikubur
hidup-hidup di Kelud.
Cerita tersebut kemudian dilengkapi dengan pareidolia gambar awan hasil letusan
Kelud yang seolah-olah berbentuk seperti raksasa. Satu gambar lagi ada yang
berbentuk bak muka lembu. Hal itu semakin memperkuat keyakinan sebagian
masyarakat bahwa letusan itu benar-benar amukan Sang Lembu jantan perkasa itu.
Banyak yang menyaksikan kebenaran gambar itu dan
menyebutnya sebagai hasil editan belaka. Namun, banyak pula yang beranggapan
kalau itu gambar aseli. Jika gambar itu asli, itulah yang disebut pereidolia.
Pareidolia, menurut wikipedia adalah sebuah fenomena psikologis yang melibatkan
stimulus samar-samar dan acak (seringkali sebuah gambar atau suara) yang
dianggap penting.
Contoh umum termasuk melihat gambar binatang atau
wajah-wajah di awan, pria di bulan atau kelinci Bulan, dan pendengaran pesan
tersembunyi di rekaman yang dimainkan secara terbalik
Bukan hanya di Kelud, Paraedolia sering kali muncul
dalam bencana-bencana lainya. Pada saat Tsunami Aceh muncul gambar amukan ombak
yang membentuk lafadz Allah. Kemudian pada saat Merapi mengamuk, ada awan yang
mirip sekali dengan tokoh pewayangan Petruk. Hal itu diasosiasikan dengan Mbak
Petruk, yang konon merupakan penunggu Gunung Merapi.
Jadi, dalam konteks gambar yang terbentuk dari awan
Gunung Kelud bisa saja gambar itu asli. Dengan ditambah pada benak masyarakat
yang sudah lekat dengan legenda Lembu Suro, maka gambar itu seolah-olah benar
adanya merupakan wujud sang lembu yang tengah mengamuk. Lalu, bagaimana
sebenarnya kisah Lembu Suro?
Gunung yang berada di perbatasan Kediri dan Blitar itu
memang lekat dengan kisah pengkhianatan cinta seorang putri dari Kerajaan
Jenggala bernama Dewi Kilisuci terhadap dua raja sakti bernama Mahesa Suro dan
Lembu Suro. Berikut ceritanya yang dihimpun dari berbagai sumber :
Alkisah, Dewi Kilisuci tenar makantar-kantar
akan kecantikannya dilamar dua orang raja. Namun sayangnya yang melamar bukan
dari bangsa manusia, karena yang satu berkepala lembu bernama Raja Lembu Suro
dan satunya lagi berkepala kerbau bernama Mahesa Suro. Tentu saja Dewi Kilisuci
tak mau dengan mereka, karena dua raja itu buruk rupa.
Namun, Sang Dewi tak bisa menolak mentah-mentah. Ia
tak mau membuat mereka berdua yang terkenal sakti mandraguna itu sakit hati.
Untuk menolak lamaran tersebut secara halus, Dewi Kilisuci membuat sayembara
yang hampir mustahil, yaitu membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud. Sumur
yang satu harus berbau amis dan yang satunya harus berbau wangi. Syarat
berikutnya, harus selesai dalam satu malam atau sebelum fajar menyingsing dan
tak boleh keduluan ayam berkokok.
Mahesa Suro dan Lembu Suro menyanggupi permintaan
tersebut. Dengan kesaktianya dan semangat mereka untuk mendapatkan cinta sang
Dewi, persyaratan sayembara dapat dipenuhi tepat waktu. Dewi Kilisuci pun
was-was, karena sejujurnya ia tidak mau diperistri mereka. Ia pun membuat
akal-akalan dengan mengajukan satu permintaan lagi. Kedua raja tersebut
dimintanya membuktikan dulu bahwa kedua sumur tersebut benar berbau wangi dan
amis dengan cara mereka berdua harus masuk ke dalam sumur.
Akhirnya mereka berdua menuruti permintaan Sang Dewi.
Begitu mereka sudah berada di dalam sumur, lalu Dewi Kilisuci memerintahkan
prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu. Matilah Mahesa Suro dan
Lembu Suro. Tampaknya, Lembu Suro lebih sakti dari Mahesa Suro, sebelum mati
Lembu Suro sempat berucap sumpah yang menggegerkan.
“Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing
makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung
bakal dadi Kedung.” Artinya,
Ya, orang Kediri suatu hari akan mendapatkan balasanku yang berlipat. Kediri
bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau.
Takut akan sumpah sang Lembu, akhirnya masyarakat
lereng Gunung Kelud melakukan sesaji sebagai tolak balak supah itu yang disebut
Larung Sesaji. Acara ini digelar setahun sekali pada tanggal 23 bulan Suro oleh
masyarakat Sugih Waras, desa yang terdekat dengan Gunung Kelud.
Dan kemarin, Lembu Suro mewujudkan balas dendamnya.
Kelud pun meletus yang kemudian banyak diartikan sebagai wujud amarahnya.
2.
Analisis Mitos
a.
Asal-usul mitos.
Cerita
mitos tersebut berasal dari naskah-naskah periode klasik Indonesia, misalnya kitab
Pararaton dan perjalanan Bujangga Manik. Kisahnya tercatat menjadi sejarah terbentuknya
gunung kelud. Namun versi lain menyatakan, bahwa bukan Lembu Suro yang mengejar
cinta Dewi Kilisuci, melainkan Mahesa Suro.
b.
Tema cerita mitos.
Yaitu
tentang pengejaran cinta dari dua raja yang sakti yang tidak terbalaskan.
c.
Tanggapan masyarakat Kediri soal cerita
mitos tersebut.
Bukan
lagi sebagian dari masyarakat Kediri, tetapi hampir seluruhnya percaya akan
cerita dari Lembu Suro tersebut. Dengan meletusnya gunung kelud pun, masyarakat
sekitar yakin bahwa itu merupakan wujud amarah dari Lembu Suro. Terkait dengan
adanya bukti dari gumpalan abu kelud saat gunung meletus yang membentuk wajah
seperti Lembu Suro. Dari adanya fenomena tersebut, masyarakat semakin yakin,
bahwa itu adalah sosok arwah Lembu Suro yang bersemayam di gunung kelud. Tak heran,
jika setiap tahun, masyarakat Kediri mengadakan Larung Saji untuk tolak bala.
Yaitu sebuah
ritual adat yang selalu dilakukan di kawah Gunung Kelud, Upacara adat yang
diadakan setiap bulan suro ini biasa digelar di Desa Sugihwaras, Kecamatan
Ngancar, Kabupaten Kediri.
d.
Amanat.
Amanat
dari cerita Lembu Suro dan Dewi Kilisuci yaitu jangan pernah memperlakukan
seseorang dengan tidak wajar, seperti apa yang dilakukan Dewi Kilisuci kepada
Lembu Suro dan Mahesa Suro dengan menjebak dan membuatnya meninggal. Katakan
dengan sejujurnya jika memang tidak mencintai, jangan berbuat curang seperti
itu.
Kemudian, amanat dari meletusnya
gunung kelud itu sendiri, adalah kita memperbanyak istighfar karena bisa saja
mitos itu tidak benar, dan meletusnya gunung kelud tak lain adalah kehendak
dari Yang Maha Kuasa, mengingat dunia yang semakin tua, dan zaman yang semakin
bebas. Anggap saja peristiwa meletusnya gunung kelud bulan kemarin merupakan
suatu peringatan dari Yang Maha Kuasa.
BAB III
PENUTUP
3.
Kesimpulan
Di Indonesia, banyak sekali cerita-cerita yang mempunyai
beragam versi dan masih simpang-siur. Antara benar dan tidak benar, semua
adalah mitos yang kini melekat di hati masyarakat Indonesia. Ada sebagian
masyarakat yang sangat percaya dengan keberadaan mitos tersebut, ada yang masih
meragukannya, dan bahkan ada yang tidak mempercayainya sama sekali. Dari
berbagai mitos yang ada dan terjadi di Indonesia, semua tergantung pada
pemahaman masing-masing. Apalagi di zaman era modern ini, mitos pada zaman
dahulu mungkin sudah tersingkirkan dan sudah banyak yang mengabaikannya. Semua
menganggap hanyalah cerita lama yang sama sekali tidak menarik lagi untuk
dibahas, apalagi untuk dipercayai. Namun, benar atau tidaknya tentang mitos
pada zaman dahulu, itu merupakan sejarah yang harus dilestarikan.
4.
Saran
Terlepas
dari semua itu, sebagai seorang manusia yang tentunya memiliki Sang Pencipta,
kita jangan terlalu berlebihan menanggapi soal mitos tersebut. Jangan pula
terlalu percaya bahwa asal muasal bencana alam adalah karena cerita mitos pada
zaman dahulu. Sebab, semua yang ada di dunia ini sudah menjadi kehendak-Nya.
Manusia telah diatur oleh-Nya. Tuhan-lah yang mengatur alam semesta ini, dan
hanya Tuhan-lah yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.
DAFTAR
PUSTAKA
- Fitri Diyah Utami. 2013. Pengertian Mitos Legenda, dan Cerita Rakyat Beserta Contohnya. Online.
(http://fitridiyahutamiblog.wordpress.com/2013/03/28/pengertian-mitoslegendacerita-rakyat-beserta-contohnya/comment-page-1/
diakses pada tanggal 19 Maret 2014)
-http://m.kompasiana.com/post/read/635364/2/pareidolia-dan-mitos-di-seputar-letusan-gunung-kelud.html
(diakses
pada tanggal 25 Maret 2014)
- http://www.merdeka.com/peristiwa/4-cerita-mitos-terkait-meletusnya-gunung-kelud/larung-saji-untuk-tolak-bala.html
(diakses pada tanggal 25 Maret 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar