Kamis, 05 November 2015

Penulisan Karya Ilmiah: Fenomena Gadget



ABSTRAK

Fenomena gadget di kalangan mahasiswa sudah ramai dibicarakan. Entah hal apa yang menarik dari pembahasan ini. Setidaknya dengan mengungkap secara tuntas, mulai dari hal kecil tentang penggunaan gadget sampai hal yang besar akan membawa dampak positif bagi mahasiswa. Yang notabene, mahasiswa tidak acuh bahkan tidak sadar dengan penggunaan gadget secara berlebihan akan menimbulkan efek samping dalam masalah belajarnya. Belajar menjadi kurang karena mahasiswa merasa memiliki barang serbaguna semacam gadget.
            Dampak positif maupun negatif sebenarnya tergantung pada cara pemakai menggunakan barang tersebut. Jika para mahasiswa masih bisa menyeimbangkan antara belajar dengan bermain gadget, maka akan terhindar dari dampak negatif yang berlebihan. Sebaliknya, jika mahasiswa terlalu bergantung kepada barang tersebut, dan segala hal yang dilakukan selalu dihubungkan dengan gadget, tentu akan mengurangi minat mahasiswa dalam berpikir kreatif, seperti membaca-baca buku di perpus, membaca koran atau bahkan mengikuti seminar-seminar nasional, karena telah memiliki benda ajaib semacam gadget. Ini membuat otak mahasiswa tidak dipergunakan dengan baik. Karena gadget yang lebih banyak bekerja dibanding otak.
            Tujuan dari artikel ini, yaitu untuk membangun karakter mahasiswa lebih berpikir kritis dan kreatif, serta lebih menggunakan otak sebagai acuan untuk belajar, bukanlah barang teknologi canggih yang terus bekerja, sementara otak tidak dipergunakan. Justru dari barang tersebut, mahasiswa hanya mendapat kesenangan semata, tidak menumbuhkan pikiran yang kreatif dan sebagainya. Gadget yang digunakan dengan tidak bijaksana justru membuat para mahasiswa semakin terlena dengan kesenangan yang didapatkan melalui gadget. Kecenderungan untuk menyalahgunakan gadget dikalangan mahasiswa dapat menjadi penghalang mereka untuk menjadi kaum intelek yang sesungguhnya.









1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setelah membaca argumentasi mengenai alat canggih semacam gadget yang semakin marak di kalangan mahasiswa, pada koran Kompas edisi Selasa, 25 Maret 2014, kami tertarik untuk membahasnya secara dalam mengenai bagaimana mahasiswa dalam mempergunakan gadget tersebut. Sejauh mana mahasiswa memanfaatkan gadget tersebut. Dan apakah ada dampak positif serta negatifnya.
Tentunya, kehidupan zaman dahulu berbeda dengan yang sekarang. Kehidupan disertai dengan adanya alat serba canggih memang terasa mudah menjalaninya. Misalnya zaman dahulu yang tidak ada mesin, tetapi masih menggunakan tenaga manusia. Namun zaman sekarang sudah banyak mesin-mesin canggih dan memudahkan manusia dalam bersosialisasi dan melakukan pekerjaan.
            Salah satunya yang akan dibahas di dalam artikel ini adalah mengenai kehadiran gadget yang tentunya memudahkan manusia dalam melakukan hal apapun. Gadget adalah sebutan umum untuk alat-alat teknologi canggih seperti: laptop, notebook, tablet, IPAD sampai laptop jenis layar sentuh pun telah ada di zaman serba canggih ini. Sedangkan menurut Wikipedia, “A gadget is a small tool such as a machine that has a particular function, but is often thought of as a novelty. Gadgets are invariably, considered to be more unusually or cleverly designed than normal tools at the time of their invention. Gadgets are sometimes referred to as gizmos. Yaitu gadget adalah sebuah piranti kecil yang mengggunakan partikal kecil dan berteknologi tinggi yang biasa disebut sebagai hal yang baru yang mempunyai fungsi dan tujuan praktis.
            Dulunya, alat teknologi semacam telepon kabel, guna untuk berkomunikasi jarak jauh dengan orang lain. Kemudian dikembangkan lagi dengan munculnya telepon genggam, atau orang-orang biasa menyebutnya dengan HP yang berarti Handphone. Selain bisa digunakan untuk telepon, handphone juga bisa digunakan untuk mengirim pesan atau SMS.
Pada dasarnya, fungsi teknologi pada zaman dulu tidak lepas dari kedua hal tersebut, yakni telepon dan SMS, itulah yang menjadi inti di antara aplikasi-aplikasi yang terdapat dalam handphone. Namun, seiring berjalannya waktu, dan semakin bermunculan manusia-manusia jenius, telepon kabel dan handphone tersebut dikembangkan lagi dengan menambahkan aplikasi-aplikasi yang menarik dan tidak hanya berfungsi untuk menelepon dan mengirim pesan saja. Misalnya, munculnya aplikasi audioplayer, guna untuk mendengarkan musik, kemudian kamera dan videoplayer, untuk mengambil gambar mati dan gambar hidup, aplikasi game, serta aplikasi web untuk menelusuri internet, dan aplikasi-aplikasi canggih lainnya yang semakin marak dengan adanya alat-alat teknologi canggih yang semakin bermunculan. Sehingga, alat teknologi melalui perkembangan zaman itu pun semakin mempengaruhi dunia penididikan. Khususnya orang-orang yang berperan di lingkungan pendidikan juga akan ikut terbawa arus modern. Sama halnya dengan istilah di mana riwayat pendidikan di alam modern ini sebagian besar merupakan riwayat transisi dari anak-anak telanjang yang duduk mengelilingi guru di bawah pohon beringin menuju proses pendidikan yang lebih kompleks. (John Vaizey:16)
            Manusia tentunya tidak ingin ketinggalan hal-hal yang berbau modern dan trendi di kalangan masyarakat. Di antaranya adalah para remaja dan mahasiswa, yang  tidak pernah ketinggalan untuk mengikuti tren dan mode yang berkembang setiap tahunnya. Apalagi jika kita lihat para mahasiswa, seseorang yang dianggap mempunyai pola pikir yang kritis dan kreatif yang berperan penting dalam dunia pendidikan, yang justru menggantungkan hidupnya kepada gadget. Tentu akan menimbulkan masalah tersendiri bagi pengguna gadget yang secara berlebihan dapat mengurangi rasa kreativitas tinggi dan cenderung malas karena di dalam gadget dirasa sudah memiliki segalanya. Jadi, apa yang dimau atau yang diinginkan telah ada di dalam gadget. Sehingga menimbulkan rasa malas untuk melakukan hal yang lain di luar gadget itu sendiri.
            Bukan sifat seorang mahasiswa yang berpikir kritis jika menggantungkan hidupnya pada alat teknologi canggih yang satu ini. Meskipun dengan memiliki gadget dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan hal apapun, tetapi dari dampak negatifnya cenderung membuat mahasiswa menjadi malas-malasan karena pengaruh gadget. Tanpa disadari, justru dengan adanya gadget akan mempersulit mahasiswa dalam meningkatkan prestasi, dan segala sesuatu akan menjadi terbengkalai karena terlalu bergantung kepada gadget.
            Dari sini, permasalahan yang muncul adalah gaya hidup mahasiswa yang terlalu bergantung pada alat canggih seperti gadget, yang dianggap memudahkan pekerjaan mahasiswa,  namun bertolak belakang dengan kenyataan yang sebenarnya justru malah mempersulit mahasiswa dalam berpikir kritis dan kreatif. Mengapa demikian? Dengan adanya gadget, membuat mahasiswa menjadi malas membaca buku di perpus, karena di dalam gadget sudah ada aplikasi e-book yang memudahkan mahasiswa dalam menggarap tugasnya. Begitu juga saat di dalam kelas, mahasiswa lebih asyik memainkan gadget-nya daripada mendengarkan dosen berbicara. Tidak ada bedanya saat di dalam kost, mahasiswa lebih sering bermain gadget ketimbang baca-baca buku ataupun mengerjakan tugas
            Bukannya tidak diperbolehkan dalam menggunakan gadget, akan tetapi, cara penggunaannya yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif tersendiri. Maka dari itu, artikel ini memuat pembahasan mengenai pengaruh gadget pada mahasiswa, entah itu berdampak positif maupun negatif. Serta bagaimana solusi yang ditawarkan agar mahasiswa tetap bisa berpikir kritis dan kreatif tanpa harus bergantung pada alat canggih semacam gadget.
            Oleh karena itu, kami melakukan penelitian di sekitar kampus Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, tentang bagaimana mahasiswa mempergunakan gadget yang dimilikinya. Apakah gaya hidup semacam itu dapat mempermudah mahasiswa dalam urusannya? Atau justru sebaliknya.

1)      Tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan serta manfaat yang ingin dicapai dari penulisan gagasan ini, di antaranya:

a.       Mengidentifikasi perkembangan zaman dengan munculnya gadget di zaman modern ini.
b.      Menganalisis sejauh mana modernisasi gadget di kalangan mahasiswa.
c.       Untuk mengetahui bagaimana fungsi gadget sebagai sarana hiburan dan sarana pembelajaran.
d.      Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif penggunaan gadget di kalangan mahasiswa.
e.       Sejauh mana pengaruh gadget terhadap perkembangan otak mahasiswa. Disertai cara penyelesaiannya.

2)      Manfaat

a.       Bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh apa saja yang terdapat dalam penggunaan gadget dengan berlebihan. Sehingga mahasiswa bisa lebih waspada dan menghindari hal-hal negatif dari cara menggunakan gadget. Mahasiswa bisa lebih mengurangi aktivitasnya dalam penggunaan gadget, karena akan berpengaruh kepada otak dan proses belajarnya. Mahasiswa pun akan lebih cermat dalam menggunakan waktu antara bermain gadget dan belajar. Pola pikir mahasiswa yang kreatif dan kritis akan lebih dipergunakan.

b.      Bagi orang tua

Orang tua akan lebih hemat karena tidak perlu mengeluarkan banyak uang perihal kebutuhan dan keinginan anaknya dalam membeli barang mahal semacam gadget. Jadi, orang tua akan lebih fokus dalam membiayai kuliah ketimbang kebutuhan yang belum pasti manfaatnya. Karena ketidakmampuan orang tua akan membatasi pandangan anaknya, walaupun menurut perkiraan, hal ini hanya sedikit memberi akibat atas kebutuhan mereka akan pendidikan. Dan yang pasti orang tua akan terhindar dari kekhawatiran karena pengaruh negatif dari barang gadget yang dipergunakan anaknya. Seperti misalnya: anak terperangkap pergaulan bebas, anak menjadi malas karena pengaruh gadget, dan tingkat belajar anak menjadi menurun.





c.       Bagi dosen/guru

Seorang dosen tentu menginginkan mahasiswanya selalu berpikir kreatif dan kritis. Oleh karena itu, dengan tidak adanya gadget yang banyak diperoleh mahasiswa, dosen mampu mengembangkan pola pikir mahasiswa secara dalam. Karena mahasiswa akan lebih terfokus pada pola pikirnya jika tanpa alat teknologi yang canggih sekalipun. Dosen pun akan menjadi tahu seperti apa gaya hidup mahasiswa yang berlebih-lebihan dengan terlalu berkegantungan pada benda semacam gadget.

d.      Bagi negara dan pemerintah

Tentunya negara Indonesia memerlukan penerus bangsa yang kreatif dan kritis. Untuk membentuk suatu negara yang demoksrasi dengan adanya calon-calon penerus bangsa yang intelektual. Untuk itu, generasi muda membutuhkan bimbingan dan keseriusan perihal gaya hidup yang sewaktu-waktu dapat merusak masa depannya. Agar dapat menjadi penerus bangsa yang kritis dan intelek.



















2. GAGASAN

2.1. Kemunculan Gadget di Zaman Modern         
Handphone sudah menjadi barang yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Setiap saat orang membutuhkan handphone sebagai alat komunikasi jarak jauh. Lain halnya dengan gadget yang mempunyai beragam aplikasi lebih dari sekadar handphone. Tidak hanya sebagai alat komunikasi sebagaimana biasa, tetapi melalui gadget kita dapat memperoleh berbagai macam informasi terkini.
Pada zaman era globalisasi ini, aplikasi-aplikasi canggih serta unik dengan fungsi minimalis dan serbaguna bisa kita dapatkan semua  dari alat teknologi yang bernama gadget. Jenis gadget bermacam-macam dan tentunya mempunyai manfaat yang amat banyak. Seperti: laptop, notebook, IPAD, maupun tablet, tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi secara umum, akan tetapi, dari alat-alat tersebut, kita dapat berpetualang dengan sendirinya dan seperti tengah menjelajahi dunia. Karena dengan berbagai aplikasi canggih yang tentunya tidak membuat kita merasa bosan dan jenuh. Salah satunya adalah game. Game-game baru yang semakin bermunculan dan semakin canggih dapat membawa kita ke alam bawah sadar kita. Pasalnya, game adalah hiburan utama dari alat teknologi gadget tersebut. Jadi, tidak ayal lagi jika banyak orang-orang hebat yang membuat games-games bermutu untuk menjadi bagian dari aplikasi canggih di dalam gadget tersebut.
            Apalagi, pada Februari lalu, seperti yang telah dikutip dari koran Kompas, edisi Selasa 25 Maret 2014, bahwasanya: PT Samsung Electronic Indonesia di Jimbaran, Bali, memperkenalkan jenis gadget baru, yakni tablet premium berlayar jumbo Galaxy Note Pro yang memakai sistem operasi Android 4.4 KitKat. Layar tablet itu memiliki rasio 16:10, lebih besar ketimbang layar tablet yang lainnya, yang umumnya memiliki rasio 16:9.
“Aplikasi yang ada di gadget ini lebih memudahkan penggunanya karena layarnya lebih lebar daripada tablet lainnya,” kata Diana Djohor, Product Manager Tablet Divison Samsung Mobile Indonesia.
            Tentu dengan adanya kemunculan gadget terbaru, semakin membuat konsumen tertarik dan penasaran untuk ingin mencoba fitur-fitur dan aplikasi canggihnya. Dan bahkan, dalam waktu yang renggang dan belum relatif lama, kemunculan gadget semakin banyak dan marak di kalangan masyarakat Indonesia. Dan terus bermunculan sampai menghadirkan aplikasi-aplikasi modern yang lebih canggih. Semakin bertambah tahun, semakin marak pula gadget yang keluar. Seperti pepatah yang dikutip dari artikel milik Hafisa Priadi, “semakin banyak pohon, maka semakin banyak oksigen yang dikeluarkan,” begitu juga dengan gadget pada zaman sekarang ini, semakin bertambah tahun, maka alat teknologi itu tak akan pernah habis isi.
Untuk hal ini bukan soal harga dan nilai yang tinggi dari gadget tersebut, tetapi hal kebutuhan dan keinginan yang harus terpenuhi. Bahkan memiliki dua gadget atau lebih pun sudah menjadi hal yang lumrah, bukan lagi luar biasa. Seperti yang telah dikutip dari koran Kompas, edisi Selasa, 25 Maret 2014: Data dari On Device Research akhir 2013 menyebutkan, 24 persen dari populasi Indonesia atau sekita 60 juta jiwa terhubung dengan internet, dan 37 juta jiwa di antaranya mengakses lewat gadget. Dari survei angket yang dilakukan Litbang Kompas di empat perguruan tinggi di Jakarta dengan 400 responden, lebih dari separuh responden mempunyai satu telepon pintar atau sejenisnya. Sebanyak 34 persen responden memiliki dua gadget. Bahkan 12 persen di antaranya mempunyai telepon pintar lebih dari dua.
Kemunculan alat-alat teknologi canggih semacam gadget yang ramai di kalangan anak didik, terutama mahasiswa, mempunyai faktor tersendiri yang bisa dilihat dari perkembangan zaman di dunia modern ini. Faktor-faktornya meliputi:
1)      Ledakan ilmu pengetahuan

Faktor utama yang menyebabkan berkembanganya zaman modern dengan bermunculan alat-alat teknologi canggih semacam gadget adalah karena ilmu pengetahuan yang meningkat di kalangan para ilmuwan luar negeri. Dahulu belum ada benda-benda teknologi yang canggih seperti sekarang ini. Tetapi, semua itu membuktikan bahwa pada zaman dahulu, tanpa ada alat canggih sekalipun, manusia mampu menemukan berbagai pengetahuan yang fantastis.

2)      Perkembangan ekonomi

Perkembangan ekonomi dunia modern ini tergantung pada perkembangan ketrampilan tenaga kerja dan pada kecepatan asimilasi dari teknik baru dalam industri maupun pertanian. Setiap negara tanpa pengecualian terlibat dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam banyak hal menjadi tujuan tersendiri dan merupakan suatu indikasi bahwa kelompok yang memerintah menganggapnya sangat penting. Apabila ekonomi itu membutuhkan lebih banyak lagi orang yang ahli maupun aliran ide-ide baru yang terus menerus dijelmakan dalam teknik produksi baru maka sistem pendidikan memainkan peranan yang baru dan menentukan dalam kehidupan sosial.
Pada dasarnya, semakin berkembangnya zaman modern, semakin pesat ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di suatu negara. Tak lain halnya dengan kemunculan gadget yang menarik perhatian masyarakat juga karena bertumbuhnya ekonomi negara yang melakukan transisi dengan negara lain yang ekonominya berkembang pesat. Acap kali alat-alat teknologi modern dari negara berkembang mampu menghipnotis dunia pendidikan di Indonesia termasuk orang-orang yang berperan di dalamnya.
2.2. Trendi Gadget di Kalangan Mahasiswa
            Berbicara mengenai gadget, tidak hanya orang-orang bule saja yang memiliki benda canggih tersebut. Di Indonesia, alat canggih seperti gadget sudah buming dan menjadi trendi, terutama di kalangan para remaja.  Anak-anak SMP, SMA, dan tidak terkecuali mahasiswa. Mungkin bagi para mahasiswa alat gadget merupakan sesuatu yang wajib untuk dimiliki. Tidak peduli dengan nilai dan harganya yang sudah pasti tinggi, yang penting, dengan memiliki alat tersebut, mahasiswa itu sudah dikatakan trendi dan modern. Karena dengan memegang gadget, mahasiswa mampu memperoleh berbagai informasi serta peristiwa terkini dengan mudah.
            Aplikasi web, yang dulu hanya dapat digunakan untuk menelusuri situs google, wikipedia, dan lain-lain, kini bermunculan situs-situs trendi dan mutakhir, salah satunya adalah situs jejaring sosial. Di mana pada situs ini orang-orang dapat  saling mengenal dan berkomunikasi lebih dekat. Situs jejaring sosial bermacam-macam, contohnya seperti: Facebook, Twitter, Instagram, Friendster, dan lain-lain. Dari situlah, mahasiswa penggenggam gadget mampu menilik semua informasi terkini yang ada di jejaring sosial. Tak heran, jika banyak mahasiswa yang berbondong-bondong untuk ingin memiliki alat canggih yang satu ini.
            Apalagi jika kita melihat dari universitas yang besar, yang menghasilkan banyak mahasiswa-mahasiswa dari orang mampu, mempunyai alat teknologi canggih seperti gadget merupakan hal yang lumrah. Tidak hanya sebagai alat untuk mempermudah mendapatkan informasi, tetapi juga sebagai syarat untuk memenuhi modernisasi di zaman kini. Mahasiswa tentu saja tidak mau ketinggalan zaman. Ada sebagian mahasiswa yang menganggap alat teknologi canggih seperti gadget adalah sebagai keinginan semata, adapula yang mengatakan sebagai kebutuhan primer. Seperti yang dikutip pada surat kabar Kompas, edisi Selasa, 25 Maret 2014: Sisca Novitasari, Mahasiswa Fakultas Manajemen Informatika, Universitas Bina Sarana Informatika, Salemba, Jakarta Pusat, mengatakan, ke mana-mana dia juga selalu membawa laptop. Namun ia tidak mementingkan harus memiliki gadget terbaru.
            “Telepon pintar saya juga Blackberry biasa, tetapi memenuhi kebutuhan untuk jejaring sosial, kamera, e-mail, dan mencari informasi terbaru.” Kata Sisca. Dikutip dari koran Kompas, edisi Selasa, 25 Maret 2014.
2.3. Gadget Bisa Menjadi Sarana Hiburan dan Sarana Pembelajaran
            Mey Arum, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta ini, disinggung mengenai soal gadget, yang kebetulan ia memiliki satu buah gadget berjenis tablet Samsung, awalnya ia tidak menaruh minat akan benda tersebut. Karena orang tuanya yang membelikan gadget tanpa dimintanya, Mey pun menggunakannya dengan sebaik mungkin. Menurut penuturannya, banyak hal-hal yang menyenangkan yang dapat diperoleh melalui gadget tersebut. Mulai dari bermain games, sampai foto-foto selfie. Mahasiswi semester enam ini mengaku tak ada hambatan dalam belajar juga pengaruh negatif yang dirasakan, selama ia dapat menyeimbangkan antara belajar dengan bermain aplikasi di dalam gadget.
 “Gadget itu digunakan di kala waktu senggang saja, jika waktunya belajar dan mengerjakan tugas ya saya tinggalkan gadget itu. Gadget hanya sebagai sarana hiburan, bukan sarana belajar menurut saya.” Pungkasnya.
Hal demikian, juga dapat memberi contoh kepada mahasiswa lain yang suka menghabiskan waktunya bersama gadget, sehingga lupa dengan kewajibannya sebagai mahasiswa. Yaitu dengan menghindari gadget pada waktu-waktu tertentu. Misalnya pada waktu belajar, mengerjakan tugas, maupun saat sedang seminar.
Lain halnya dengan mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dina Astuti, yang tidak memiliki jenis gadget yang trendi yang biasa dipakai di kalangan mahasiswa. Ia mengaku terlena akan pesona gadget yang memiliki beragam aplikasi yang menarik. Dina pun mengaku dengan tidak adanya gadget di tangannya, membuatnya menjadi susah dalam mengerjakan tugas kuliah. Menurutnya, mahasiswa pengguna gadget yang semakin marak di mana-mana tidak menunjukan totalitas yang berlebihan. “Wajar-wajar saja, tergantung dari mahasiswa dalam menggunakannya. Gadget juga bisa dijadikan sebagai sarana pembelajaran.” Ungkapnya.
            Proporsi antara kedua narasumber memang memiliki penalaran yang bertolak belakang. Mahasiswi satu mengatakan gadget hanya sebagai sarana hiburan, mahasiswi dua mengatakan gadget juga bisa sebagai sarana pembelajaran. Namun, kedua hal tersebut dirasa mempunyai impikasi perihal fenomena alat canggih gadget di kalangan mahasiswa. Sarana hiburan, memang itulah fungsi utama yang terdapat di dalam gadget. Sehubungan dengan banyaknya aplikasi-aplikasi modern serta menarik, sehingga dapat memberi hiburan pada si pengguna gadget. Kemudian sebagai sarana pembelajaran juga bisa dijadikan fungsi dari gadget, perihal adanya aplikasi web, e-book, dan juga e-mail, yang dapat membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugas dan belajar.
2.4. Dampak Positif dan Negatif bagi Mahasiswa dalam Menggunakan Gadget
            Tak hanya seputar sarana hiburan maupun sarana pembelajaran di dalam gadget yang menjadi inti permasalahan. Pada puncak gagasan terkait hebohnya fenomena gadget yang trendi di kalangan mahasiswa, timbul sebuah pertanyaan, yaitu bagaimana seorang mahasiswa pemilik gadget memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang terdapat pada gadget tersebut. Apakah dengan hal positif, atau sebaliknya?  Untuk itu, permasalahan yang satu ini akan ditalarkan melalui dua kacamata yang berbeda, yakni bagaimana dampak positifnya, dan bagaimana dampak negatifnya, terkait hal penggunaan gadget oleh mahasiswa. Berikut penalarannya:
            Dampak positif penggunaan gadget pada mahasiswa, di antaranya:
1)      Mengetahui banyak informasi terkini di luar jangkauan mahasiswa. Berupa fenomena, peristiwa, dan lain-lain, yang bisa didapat dengan menelusuri dunia maya melalui gadget.
2)      Bisa dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang praktis. Dalam hal mencari bahan referensi tugas kuliah, tak akan repot jika sudah memiliki gadget. Mahasiswa tidak hanya dapat mencari bahan tugas di luar kelas, melainkan di dalam kelas pada saat perkuliahan berlangsung pun akan terasa lebih mudah mengaksesnya lewat gadget.
3)      Sebagai alat komunikasi yang baik antara mahasiswa dengan keluarga maupun kerabatnya. Seperti misalnya pada aplikasi 3G atau video call, yang berkomunikasi dari jarak jauh, dengan saling berpandangan melalui layar. Hal tersebut menjadikan komunikasi terasa lebih dekat. Apalagi, mahasiswa tidak sepenuhnya berasal dari kota asli di universitas mereka. Notabene, mahasiswa berasal dari kota yang berbeda-beda dan tentunya jauh dari keluarga. Hal tersebut mempersulit adanya komunikasi dengan keluarga di rumah. Tetapi, macam-macam gadget hadir sebagai penawar solusi bagi para mahasiswa yang ingin berkomunikasi lancar dan lebih dekat dengan keluarganya. Bisa melalui 3G, chatting di jejaring sosial, e-mail, dan sebagainya.
4)      Ajang untuk bersosialisasi dengan mudah dengan mahasiswa lain yang belum dikenal. Bisa melalui aplikasi Facebook, Twitter, dan lain-lain.
Dampak negatif penggunaan gadget pada mahasiswa, di antaranya:
1)      Mahasiswa terkadang menjadi lupa dengan kewajibannya karena terlalu asyik dengan dunianya bersama gadget. Lupa dalam hal mengerjakan tugas, belajar, dan lain-lain. Dengan adanya gadget yang memiliki berjuta aplikasi, membuat mahasiswa lupa akan kewajibannya. Misalnya, kewajiban mengerjakan tugas dan lain-lain. Biasanya faktor penyebab mahasiswa lalai dan terbengkalai dalam mengerjakan tugasnya adalah karena gadget. Bisa jadi karena terlalu asyik bermain games, atau chatting dengan teman, atau sedang asyik menonton film, dan aplikasi menarik lain yang membuat mahasiswa lupa dengan kewajibannya.
2)      Cenderung membuat mahasiswa menjadi malas berpikir, karena gadget dirasa sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam tugas kuliahnya. Jadi, gadget yang justru banyak dipergunakan daripada otak.
3)      Proses berpikir kreatif menjadi turun. Karena mahasiswa lebih banyak mengakses argumen-argumen dari internet menjadikannya kurang kreatif.
4)      Menjadi malas membaca buku-buku penting. Di mana mahasiswa saat ini lebih dominan pada bacaan di internet melalui gadget, dibanding dengan membaca-baca buku di perpustakaan.
5)      Memberikan efek ketergantungan secara berlebihan. Mahasiswa menjadi lebih bergantung pada gadget, daripada akalnya sendiri. Karena gadget dapat menguasai pikiran dan alam bawah sadar bagi si penggunanya.
6)      Mahasiswa menjadi pelaku konsumtif yang tidak wajar. Artinya, mahasiswa semakin terlena dengan adanya kehadiran gadget baru, dan ingin memilikinya. Berbagai cara dilakukan untuk membeli gadget terbaru dan lebih uptodate mengikuti perkembangan zaman. Hal ini pula dapat memberi pengaruh dalam gaya hidup mahasiswa.
7)      Pemborosan bagi mahasiswa. Dengan adanya gadget, tentu akan banyak mengeluarkan banyak uang. Misalnya untuk mengisi ulang pulsa atau paket internet, paket download, dan lain-lain.

Jika dibandingkan, dampak negatif dari gadget lebih banyak daripada dampak positifnya. Hal ini tentu sangat disayangkan bagi mahasiswa yang menggunakan gadget tidak sesuai dengan kapasitasnya. Akan membuatnya menjadi lebih ketergantungan pada gadget. Tidak banyak mahasiswa yang mengetahui dampak negatif penggunaan gadget yang berlebihan, sehingga membuatnya semakin terlena dan lebih mementingkan benda tersebut. Misalnya saja pada saat IPK menurun, bukan gadget yang menjadi penyebab, karena mahasiswa tidak sepenuhnya menyadari.
2.5. Solusi atau saran yang dapat diterapkan dari permasalahan
            Solusi atau saran merupakan pemecahan masalah yang ada di dalam gagasan. Solusi ini memang sederhana, tetapi diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam menemukan jalan keluar terkait permasalahan gadget yang menjadi gaya hidup primer di kalangan mahasiswa. Solusi dan saran tersebut meliputi:
1)      Gunakan gadget pada waktu luang saja. Tidak pada saat waktu belajar, maupun dalam mengerjakan tugas. Hal ini dapat menghindari mahasiswa dari ketergantungan terhadap gadget.
2)      Aplikasi web atau internet digunakan secara wajar. Maksudnya, jika di dalam tugas dituntut untuk berpikir dengan kreativitas sendiri, maka gunakan otak sebagai penunjang. Hal ini dapat menghindari mahasiswa dalam mengkopi-paste artikel milik orang lain.
3)      Membeli gadget diusahakan hanya sesuai kebutuhan, bukan untuk mengikuti tren dan mode. Misalnya, cukup membeli notebook atau laptop untuk mempermudah dalam hal mengetik tugas, dan lain-lain. Hal ini dapat menghindari mahasiswa dari sifat pemborosan dan konsumerisme.
4)      Menggunakan gadget dalam hal-hal yang berdampak positif. Misalnya, jika yang mempunyai notebook atau laptop gunakan kesempatan untuk menulis sebuah karya sastra maupun karya ilmiah. Hal ini dapat meningkatkan proses berpikir kreatif pada mahasiswa.
5)      Gunakan aplikasi internet mengarah pada dampak yang positif. Misalnya, sering-sering mengirimkan naskah atau argumentasi yang telah dibuat ke redaksi-redaksi penerbitan buku maupun media cetak. Seperti ikut menuangkan pendapat pada permasalahan yang terdapat di dalam surat kabar. Dari situlah proses berpikir kritis mahasiswa akan semakin berkembang.

3. KESIMPULAN
Fenomena penggunaan gadget sudah menjadi trendi di kalangan mahasiswa. Ke mana-mana alat canggih tersebut selalu tergenggam erat di tangan mahasiswa. Seolah menjadi barang yang wajib untuk dimiliki. Lantaran mahasiswa ingin menyesuaikan dengan keadaan zaman yang serba modern, juga untuk kebutuhan primernya sebagai mahasiswa. Namun, berbeda-beda mahasiswa dalam mempergunakannya, entah hal yang mengandung positif, maupun negatif. Semua itu tergantung pada pemahaman masing-masing, dan hanya diri sendiri yang tahu bagaimana cara mempergunakannya. Tanpa gadget, tanpa alat komunikasi, tanpa jejaring sosial, mahasiswa tidak bisa berbuat apa-apa. Pikirannya buntu. Dan tidak bisa mengembangkan peristiwa-peristiwa terkini yang mudah didapat melalui gadget. Oleh karena itu, gadget dan sejenisnya memang merupakan barang yang tidak susah untuk didapatkan, apalagi di kalangan mahasiswa, jadi banyak yang berbondong-bondong untuk membelinya. Sekadar untuk memenuhi kebutuhan maupun keinginan belaka. Tetapi  mahasiswa banyak yang mengabaikan, bahwasanya tanpa gadget, tanpa alat canggih apa-apa, tidak akan berpengaruh pada proses belajar dan berpikir. Karena pada zaman dulu, dunia pun banyak menghasilkan orang-orang pintar yang intelek dan berwawasan justru tanpa alat teknologi yang canggih.























4. DAFTAR PUSTAKA

- Kompas Kampus. 2014. Gadget, antara Ketergantungan dan Keperluan. Kompas edisi Selasa 25 Maret 2014.
- Wibowo, Wahyu. 2006. Berani Menulis Artikel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Keraf, Gorrys. 1970. KOMPOSISI. Jakarta: Nusa Indah.
- Vaizey, John. 1982. Pendidikan di Dunia Modern. Jakarta: Gunung Agung.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar