ABSTRAK
Fenomena
gadget di kalangan mahasiswa sudah
ramai dibicarakan. Entah hal apa yang menarik dari pembahasan ini. Setidaknya
dengan mengungkap secara tuntas, mulai dari hal kecil tentang penggunaan gadget
sampai hal yang besar akan membawa dampak positif bagi mahasiswa. Yang
notabene, mahasiswa tidak acuh bahkan tidak sadar dengan penggunaan gadget
secara berlebihan akan menimbulkan efek samping dalam masalah belajarnya.
Belajar menjadi kurang karena mahasiswa merasa memiliki barang serbaguna
semacam gadget.
Dampak positif maupun negatif sebenarnya tergantung pada
cara pemakai menggunakan barang tersebut. Jika para mahasiswa masih bisa menyeimbangkan
antara belajar dengan bermain gadget, maka akan terhindar dari dampak negatif
yang berlebihan. Sebaliknya, jika mahasiswa terlalu bergantung kepada barang
tersebut, dan segala hal yang dilakukan selalu dihubungkan dengan gadget, tentu
akan mengurangi minat mahasiswa dalam berpikir kreatif, seperti membaca-baca
buku di perpus, membaca koran atau bahkan mengikuti seminar-seminar nasional,
karena telah memiliki benda ajaib semacam gadget. Ini membuat otak mahasiswa
tidak dipergunakan dengan baik. Karena gadget yang lebih banyak bekerja
dibanding otak.
Tujuan dari artikel ini, yaitu untuk membangun karakter
mahasiswa lebih berpikir kritis dan kreatif, serta lebih menggunakan otak
sebagai acuan untuk belajar, bukanlah barang teknologi canggih yang terus
bekerja, sementara otak tidak dipergunakan. Justru dari barang tersebut,
mahasiswa hanya mendapat kesenangan semata, tidak menumbuhkan pikiran yang
kreatif dan sebagainya. Gadget yang digunakan dengan tidak bijaksana justru
membuat para mahasiswa semakin terlena dengan kesenangan yang didapatkan
melalui gadget. Kecenderungan untuk menyalahgunakan gadget dikalangan mahasiswa
dapat menjadi penghalang mereka untuk menjadi kaum intelek yang sesungguhnya.
1.
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Setelah
membaca argumentasi mengenai alat canggih semacam gadget yang semakin marak di
kalangan mahasiswa, pada koran Kompas edisi Selasa, 25 Maret 2014, kami
tertarik untuk membahasnya secara dalam mengenai bagaimana mahasiswa dalam
mempergunakan gadget tersebut. Sejauh mana mahasiswa memanfaatkan gadget
tersebut. Dan apakah ada dampak positif serta negatifnya.
Tentunya,
kehidupan zaman dahulu berbeda dengan yang sekarang. Kehidupan disertai dengan
adanya alat serba canggih memang terasa mudah menjalaninya. Misalnya zaman
dahulu yang tidak ada mesin, tetapi masih menggunakan tenaga manusia. Namun
zaman sekarang sudah banyak mesin-mesin canggih dan memudahkan manusia dalam
bersosialisasi dan melakukan pekerjaan.
Salah satunya yang akan dibahas di dalam artikel ini
adalah mengenai kehadiran gadget yang
tentunya memudahkan manusia dalam melakukan hal apapun. Gadget adalah sebutan umum untuk alat-alat teknologi canggih
seperti: laptop, notebook, tablet, IPAD sampai laptop jenis layar sentuh pun
telah ada di zaman serba canggih ini. Sedangkan menurut Wikipedia, “A gadget is a small tool such as a machine that has a
particular function, but is often thought of as a novelty. Gadgets are
invariably, considered to be more unusually or cleverly designed than normal tools
at the time of their invention. Gadgets are sometimes referred to as gizmos. Yaitu gadget adalah sebuah piranti kecil yang
mengggunakan partikal kecil dan berteknologi tinggi yang biasa disebut sebagai
hal yang baru yang mempunyai fungsi dan tujuan praktis.
Dulunya,
alat teknologi semacam telepon kabel, guna untuk berkomunikasi jarak jauh dengan
orang lain. Kemudian dikembangkan lagi dengan munculnya telepon genggam, atau
orang-orang biasa menyebutnya dengan HP yang berarti Handphone. Selain bisa
digunakan untuk telepon, handphone juga bisa digunakan untuk mengirim pesan
atau SMS.
Pada
dasarnya, fungsi teknologi pada zaman dulu tidak lepas dari kedua hal tersebut,
yakni telepon dan SMS, itulah yang menjadi inti di antara aplikasi-aplikasi
yang terdapat dalam handphone. Namun, seiring berjalannya waktu, dan semakin
bermunculan manusia-manusia jenius, telepon kabel dan handphone tersebut
dikembangkan lagi dengan menambahkan aplikasi-aplikasi yang menarik dan tidak
hanya berfungsi untuk menelepon dan mengirim pesan saja. Misalnya, munculnya
aplikasi audioplayer, guna untuk mendengarkan musik, kemudian kamera dan
videoplayer, untuk mengambil gambar mati dan gambar hidup, aplikasi game, serta
aplikasi web untuk menelusuri internet, dan aplikasi-aplikasi canggih lainnya
yang semakin marak dengan adanya alat-alat teknologi canggih yang semakin
bermunculan. Sehingga, alat teknologi melalui perkembangan zaman itu pun
semakin mempengaruhi dunia penididikan. Khususnya orang-orang yang berperan di
lingkungan pendidikan juga akan ikut terbawa arus modern. Sama halnya dengan
istilah di mana riwayat pendidikan di alam modern ini sebagian besar merupakan
riwayat transisi dari anak-anak telanjang yang duduk mengelilingi guru di bawah
pohon beringin menuju proses pendidikan yang lebih kompleks. (John Vaizey:16)
Manusia tentunya tidak ingin
ketinggalan hal-hal yang berbau modern dan trendi di kalangan masyarakat. Di
antaranya adalah para remaja dan mahasiswa, yang tidak pernah ketinggalan untuk mengikuti tren
dan mode yang berkembang setiap tahunnya. Apalagi jika kita lihat para
mahasiswa, seseorang yang dianggap mempunyai pola pikir yang kritis dan kreatif
yang berperan penting dalam dunia pendidikan, yang justru menggantungkan
hidupnya kepada gadget. Tentu akan menimbulkan masalah tersendiri bagi pengguna
gadget yang secara berlebihan dapat
mengurangi rasa kreativitas tinggi dan cenderung malas karena di dalam gadget dirasa sudah memiliki segalanya.
Jadi, apa yang dimau atau yang diinginkan telah ada di dalam gadget. Sehingga menimbulkan rasa malas
untuk melakukan hal yang lain di luar gadget
itu sendiri.
Bukan sifat seorang mahasiswa yang
berpikir kritis jika menggantungkan hidupnya pada alat teknologi canggih yang
satu ini. Meskipun dengan memiliki gadget dapat mempermudah mahasiswa dalam
melakukan hal apapun, tetapi dari dampak negatifnya cenderung membuat mahasiswa
menjadi malas-malasan karena pengaruh gadget.
Tanpa disadari, justru dengan adanya gadget
akan mempersulit mahasiswa dalam meningkatkan prestasi, dan segala sesuatu akan
menjadi terbengkalai karena terlalu bergantung kepada gadget.
Dari sini, permasalahan yang muncul
adalah gaya hidup mahasiswa yang terlalu bergantung pada alat canggih seperti gadget, yang dianggap memudahkan
pekerjaan mahasiswa, namun bertolak
belakang dengan kenyataan yang sebenarnya justru malah mempersulit mahasiswa
dalam berpikir kritis dan kreatif. Mengapa demikian? Dengan adanya gadget,
membuat mahasiswa menjadi malas membaca buku di perpus, karena di dalam gadget
sudah ada aplikasi e-book yang memudahkan mahasiswa dalam menggarap tugasnya.
Begitu juga saat di dalam kelas, mahasiswa lebih asyik memainkan gadget-nya
daripada mendengarkan dosen berbicara. Tidak ada bedanya saat di dalam kost,
mahasiswa lebih sering bermain gadget ketimbang baca-baca buku ataupun
mengerjakan tugas
Bukannya tidak diperbolehkan dalam
menggunakan gadget, akan tetapi, cara penggunaannya yang berlebihan dapat
menimbulkan dampak negatif tersendiri. Maka dari itu, artikel ini memuat
pembahasan mengenai pengaruh gadget pada mahasiswa, entah itu berdampak positif
maupun negatif. Serta bagaimana solusi yang ditawarkan agar mahasiswa tetap
bisa berpikir kritis dan kreatif tanpa harus bergantung pada alat canggih
semacam gadget.
Oleh karena itu, kami
melakukan penelitian di sekitar kampus Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,
tentang bagaimana mahasiswa mempergunakan gadget yang dimilikinya. Apakah gaya
hidup semacam itu dapat mempermudah mahasiswa dalam urusannya? Atau justru
sebaliknya.
1) Tujuan
yang ingin dicapai.
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan serta manfaat yang
ingin dicapai dari penulisan gagasan ini, di antaranya:
a. Mengidentifikasi
perkembangan zaman dengan munculnya gadget di zaman modern ini.
b. Menganalisis
sejauh mana modernisasi gadget di kalangan mahasiswa.
c. Untuk
mengetahui bagaimana fungsi gadget sebagai sarana hiburan dan sarana
pembelajaran.
d. Untuk
mengetahui dampak positif dan dampak negatif penggunaan gadget di kalangan
mahasiswa.
e. Sejauh
mana pengaruh gadget terhadap perkembangan otak mahasiswa. Disertai cara
penyelesaiannya.
2) Manfaat
a. Bagi
mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh apa
saja yang terdapat dalam penggunaan gadget dengan berlebihan. Sehingga
mahasiswa bisa lebih waspada dan menghindari hal-hal negatif dari cara
menggunakan gadget. Mahasiswa bisa lebih mengurangi aktivitasnya dalam penggunaan
gadget, karena akan berpengaruh kepada otak dan proses belajarnya. Mahasiswa
pun akan lebih cermat dalam menggunakan waktu antara bermain gadget dan belajar.
Pola pikir mahasiswa yang kreatif dan kritis akan lebih dipergunakan.
b. Bagi
orang tua
Orang tua akan lebih hemat karena tidak
perlu mengeluarkan banyak uang perihal kebutuhan dan keinginan anaknya dalam
membeli barang mahal semacam gadget. Jadi, orang tua akan lebih fokus dalam
membiayai kuliah ketimbang kebutuhan yang belum pasti manfaatnya. Karena
ketidakmampuan orang tua akan membatasi pandangan anaknya, walaupun menurut
perkiraan, hal ini hanya sedikit memberi akibat atas kebutuhan mereka akan
pendidikan. Dan yang pasti orang tua akan terhindar dari kekhawatiran karena
pengaruh negatif dari barang gadget yang dipergunakan anaknya. Seperti
misalnya: anak terperangkap pergaulan bebas, anak menjadi malas karena pengaruh
gadget, dan tingkat belajar anak menjadi menurun.
c. Bagi
dosen/guru
Seorang dosen tentu menginginkan
mahasiswanya selalu berpikir kreatif dan kritis. Oleh karena itu, dengan tidak
adanya gadget yang banyak diperoleh mahasiswa, dosen mampu mengembangkan pola
pikir mahasiswa secara dalam. Karena mahasiswa akan lebih terfokus pada pola
pikirnya jika tanpa alat teknologi yang canggih sekalipun. Dosen pun akan
menjadi tahu seperti apa gaya hidup mahasiswa yang berlebih-lebihan dengan
terlalu berkegantungan pada benda semacam gadget.
d. Bagi
negara dan pemerintah
Tentunya negara Indonesia memerlukan
penerus bangsa yang kreatif dan kritis. Untuk membentuk suatu negara yang
demoksrasi dengan adanya calon-calon penerus bangsa yang intelektual. Untuk
itu, generasi muda membutuhkan bimbingan dan keseriusan perihal gaya hidup yang
sewaktu-waktu dapat merusak masa depannya. Agar dapat menjadi penerus bangsa
yang kritis dan intelek.
2.
GAGASAN
2.1.
Kemunculan Gadget di Zaman Modern
Handphone
sudah menjadi barang yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Setiap saat orang
membutuhkan handphone sebagai alat komunikasi jarak jauh. Lain halnya dengan
gadget yang mempunyai beragam aplikasi lebih dari sekadar handphone. Tidak
hanya sebagai alat komunikasi sebagaimana biasa, tetapi melalui gadget kita
dapat memperoleh berbagai macam informasi terkini.
Pada
zaman era globalisasi ini, aplikasi-aplikasi canggih serta unik dengan fungsi
minimalis dan serbaguna bisa kita dapatkan semua dari alat teknologi yang bernama gadget.
Jenis gadget bermacam-macam dan tentunya mempunyai manfaat yang amat banyak.
Seperti: laptop, notebook, IPAD, maupun tablet, tidak hanya berfungsi sebagai
alat komunikasi secara umum, akan tetapi, dari alat-alat tersebut, kita dapat
berpetualang dengan sendirinya dan seperti tengah menjelajahi dunia. Karena
dengan berbagai aplikasi canggih yang tentunya tidak membuat kita merasa bosan
dan jenuh. Salah satunya adalah game. Game-game baru yang semakin bermunculan
dan semakin canggih dapat membawa kita ke alam bawah sadar kita. Pasalnya, game
adalah hiburan utama dari alat teknologi gadget tersebut. Jadi, tidak ayal lagi
jika banyak orang-orang hebat yang membuat games-games bermutu untuk menjadi
bagian dari aplikasi canggih di dalam gadget tersebut.
Apalagi, pada Februari lalu, seperti yang telah dikutip
dari koran Kompas, edisi Selasa 25 Maret 2014, bahwasanya: PT Samsung
Electronic Indonesia di Jimbaran, Bali, memperkenalkan jenis gadget baru, yakni
tablet premium berlayar jumbo Galaxy Note
Pro yang memakai sistem operasi Android 4.4 KitKat. Layar tablet itu
memiliki rasio 16:10, lebih besar ketimbang layar tablet yang lainnya, yang
umumnya memiliki rasio 16:9.
“Aplikasi
yang ada di gadget ini lebih memudahkan penggunanya karena layarnya lebih lebar
daripada tablet lainnya,” kata Diana Djohor, Product Manager Tablet Divison
Samsung Mobile Indonesia.
Tentu dengan adanya kemunculan
gadget terbaru, semakin membuat konsumen tertarik dan penasaran untuk ingin
mencoba fitur-fitur dan aplikasi canggihnya. Dan bahkan, dalam waktu yang
renggang dan belum relatif lama, kemunculan gadget semakin banyak dan marak di
kalangan masyarakat Indonesia. Dan terus bermunculan sampai menghadirkan
aplikasi-aplikasi modern yang lebih canggih. Semakin bertambah tahun, semakin
marak pula gadget yang keluar. Seperti pepatah yang dikutip dari artikel milik
Hafisa Priadi, “semakin banyak pohon, maka semakin banyak oksigen yang
dikeluarkan,” begitu juga dengan gadget pada zaman sekarang ini, semakin
bertambah tahun, maka alat teknologi itu tak akan pernah habis isi.
Untuk
hal ini bukan soal harga dan nilai yang tinggi dari gadget tersebut, tetapi hal
kebutuhan dan keinginan yang harus terpenuhi. Bahkan memiliki dua gadget atau
lebih pun sudah menjadi hal yang lumrah, bukan lagi luar biasa. Seperti yang
telah dikutip dari koran Kompas, edisi Selasa, 25 Maret 2014: Data dari On
Device Research akhir 2013 menyebutkan, 24 persen dari populasi Indonesia atau
sekita 60 juta jiwa terhubung dengan internet, dan 37 juta jiwa di antaranya
mengakses lewat gadget. Dari survei angket yang dilakukan Litbang Kompas di
empat perguruan tinggi di Jakarta dengan 400 responden, lebih dari separuh
responden mempunyai satu telepon pintar atau sejenisnya. Sebanyak 34 persen
responden memiliki dua gadget. Bahkan 12 persen di antaranya mempunyai telepon
pintar lebih dari dua.
Kemunculan
alat-alat teknologi canggih semacam gadget yang ramai di kalangan anak didik,
terutama mahasiswa, mempunyai faktor tersendiri yang bisa dilihat dari
perkembangan zaman di dunia modern ini. Faktor-faktornya meliputi:
1) Ledakan
ilmu pengetahuan
Faktor utama yang
menyebabkan berkembanganya zaman modern dengan bermunculan alat-alat teknologi
canggih semacam gadget adalah karena ilmu pengetahuan yang meningkat di
kalangan para ilmuwan luar negeri. Dahulu belum ada benda-benda teknologi yang
canggih seperti sekarang ini. Tetapi, semua itu membuktikan bahwa pada zaman
dahulu, tanpa ada alat canggih sekalipun, manusia mampu menemukan berbagai
pengetahuan yang fantastis.
2) Perkembangan
ekonomi
Perkembangan ekonomi
dunia modern ini tergantung pada perkembangan ketrampilan tenaga kerja dan pada
kecepatan asimilasi dari teknik baru dalam industri maupun pertanian. Setiap
negara tanpa pengecualian terlibat dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dalam banyak hal menjadi tujuan tersendiri dan merupakan suatu indikasi
bahwa kelompok yang memerintah menganggapnya sangat penting. Apabila ekonomi
itu membutuhkan lebih banyak lagi orang yang ahli maupun aliran ide-ide baru
yang terus menerus dijelmakan dalam teknik produksi baru maka sistem pendidikan
memainkan peranan yang baru dan menentukan dalam kehidupan sosial.
Pada dasarnya, semakin
berkembangnya zaman modern, semakin pesat ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang tinggal di suatu negara. Tak lain halnya dengan kemunculan
gadget yang menarik perhatian masyarakat juga karena bertumbuhnya ekonomi
negara yang melakukan transisi dengan negara lain yang ekonominya berkembang pesat.
Acap kali alat-alat teknologi modern dari negara berkembang mampu menghipnotis
dunia pendidikan di Indonesia termasuk orang-orang yang berperan di dalamnya.
2.2.
Trendi Gadget di Kalangan Mahasiswa
Berbicara mengenai gadget, tidak hanya orang-orang bule
saja yang memiliki benda canggih tersebut. Di Indonesia, alat canggih seperti
gadget sudah buming dan menjadi
trendi, terutama di kalangan para remaja.
Anak-anak SMP, SMA, dan tidak terkecuali mahasiswa. Mungkin bagi para
mahasiswa alat gadget merupakan sesuatu yang wajib untuk dimiliki. Tidak peduli
dengan nilai dan harganya yang sudah pasti tinggi, yang penting, dengan
memiliki alat tersebut, mahasiswa itu sudah dikatakan trendi dan modern. Karena
dengan memegang gadget, mahasiswa mampu memperoleh berbagai informasi serta
peristiwa terkini dengan mudah.
Aplikasi web, yang dulu hanya dapat digunakan untuk
menelusuri situs google, wikipedia, dan lain-lain, kini bermunculan situs-situs
trendi dan mutakhir, salah satunya adalah situs jejaring sosial. Di mana pada
situs ini orang-orang dapat saling
mengenal dan berkomunikasi lebih dekat. Situs jejaring sosial bermacam-macam,
contohnya seperti: Facebook, Twitter, Instagram, Friendster, dan lain-lain.
Dari situlah, mahasiswa penggenggam gadget mampu menilik semua informasi
terkini yang ada di jejaring sosial. Tak heran, jika banyak mahasiswa yang
berbondong-bondong untuk ingin memiliki alat canggih yang satu ini.
Apalagi jika kita melihat dari universitas yang besar,
yang menghasilkan banyak mahasiswa-mahasiswa dari orang mampu, mempunyai alat
teknologi canggih seperti gadget merupakan hal yang lumrah. Tidak hanya sebagai
alat untuk mempermudah mendapatkan informasi, tetapi juga sebagai syarat untuk
memenuhi modernisasi di zaman kini. Mahasiswa tentu saja tidak mau ketinggalan
zaman. Ada sebagian mahasiswa yang menganggap alat teknologi canggih seperti
gadget adalah sebagai keinginan semata, adapula yang mengatakan sebagai
kebutuhan primer. Seperti yang dikutip pada surat kabar Kompas, edisi Selasa,
25 Maret 2014: Sisca Novitasari, Mahasiswa Fakultas Manajemen Informatika,
Universitas Bina Sarana Informatika, Salemba, Jakarta Pusat, mengatakan, ke
mana-mana dia juga selalu membawa laptop. Namun ia tidak mementingkan harus
memiliki gadget terbaru.
“Telepon pintar saya juga Blackberry biasa, tetapi
memenuhi kebutuhan untuk jejaring sosial, kamera, e-mail, dan mencari informasi
terbaru.” Kata Sisca. Dikutip dari koran Kompas, edisi Selasa, 25 Maret 2014.
2.3.
Gadget Bisa Menjadi Sarana Hiburan dan Sarana Pembelajaran
Mey Arum, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta ini,
disinggung mengenai soal gadget, yang kebetulan ia memiliki satu buah gadget
berjenis tablet Samsung, awalnya ia tidak menaruh minat akan benda tersebut. Karena
orang tuanya yang membelikan gadget tanpa dimintanya, Mey pun menggunakannya
dengan sebaik mungkin. Menurut penuturannya, banyak hal-hal yang menyenangkan
yang dapat diperoleh melalui gadget tersebut. Mulai dari bermain games, sampai
foto-foto selfie. Mahasiswi semester
enam ini mengaku tak ada hambatan dalam belajar juga pengaruh negatif yang
dirasakan, selama ia dapat menyeimbangkan antara belajar dengan bermain
aplikasi di dalam gadget.
“Gadget itu digunakan di kala waktu senggang
saja, jika waktunya belajar dan mengerjakan tugas ya saya tinggalkan gadget
itu. Gadget hanya sebagai sarana hiburan, bukan sarana belajar menurut saya.”
Pungkasnya.
Hal
demikian, juga dapat memberi contoh kepada mahasiswa lain yang suka menghabiskan
waktunya bersama gadget, sehingga lupa dengan kewajibannya sebagai mahasiswa.
Yaitu dengan menghindari gadget pada waktu-waktu tertentu. Misalnya pada waktu
belajar, mengerjakan tugas, maupun saat sedang seminar.
Lain
halnya dengan mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dina Astuti,
yang tidak memiliki jenis gadget yang trendi yang biasa dipakai di kalangan
mahasiswa. Ia mengaku terlena akan pesona gadget yang memiliki beragam aplikasi
yang menarik. Dina pun mengaku dengan tidak adanya gadget di tangannya,
membuatnya menjadi susah dalam mengerjakan tugas kuliah. Menurutnya, mahasiswa
pengguna gadget yang semakin marak di mana-mana tidak menunjukan totalitas yang
berlebihan. “Wajar-wajar saja, tergantung dari mahasiswa dalam menggunakannya.
Gadget juga bisa dijadikan sebagai sarana pembelajaran.” Ungkapnya.
Proporsi antara kedua narasumber memang memiliki
penalaran yang bertolak belakang. Mahasiswi satu mengatakan gadget hanya
sebagai sarana hiburan, mahasiswi dua mengatakan gadget juga bisa sebagai
sarana pembelajaran. Namun, kedua hal tersebut dirasa mempunyai impikasi
perihal fenomena alat canggih gadget di kalangan mahasiswa. Sarana hiburan,
memang itulah fungsi utama yang terdapat di dalam gadget. Sehubungan dengan
banyaknya aplikasi-aplikasi modern serta menarik, sehingga dapat memberi
hiburan pada si pengguna gadget. Kemudian sebagai sarana pembelajaran juga bisa
dijadikan fungsi dari gadget, perihal adanya aplikasi web, e-book, dan juga
e-mail, yang dapat membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugas dan belajar.
2.4.
Dampak Positif dan Negatif bagi Mahasiswa dalam Menggunakan Gadget
Tak hanya seputar sarana hiburan maupun sarana
pembelajaran di dalam gadget yang menjadi inti permasalahan. Pada puncak
gagasan terkait hebohnya fenomena gadget yang trendi di kalangan mahasiswa,
timbul sebuah pertanyaan, yaitu bagaimana seorang mahasiswa pemilik gadget
memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang terdapat pada gadget tersebut. Apakah
dengan hal positif, atau sebaliknya?
Untuk itu, permasalahan yang satu ini akan ditalarkan melalui dua
kacamata yang berbeda, yakni bagaimana dampak positifnya, dan bagaimana dampak negatifnya,
terkait hal penggunaan gadget oleh mahasiswa. Berikut penalarannya:
Dampak positif penggunaan gadget pada mahasiswa, di
antaranya:
1) Mengetahui
banyak informasi terkini di luar jangkauan mahasiswa. Berupa fenomena,
peristiwa, dan lain-lain, yang bisa didapat dengan menelusuri dunia maya
melalui gadget.
2) Bisa
dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang praktis. Dalam hal mencari bahan
referensi tugas kuliah, tak akan repot jika sudah memiliki gadget. Mahasiswa
tidak hanya dapat mencari bahan tugas di luar kelas, melainkan di dalam kelas
pada saat perkuliahan berlangsung pun akan terasa lebih mudah mengaksesnya
lewat gadget.
3) Sebagai
alat komunikasi yang baik antara mahasiswa dengan keluarga maupun kerabatnya. Seperti
misalnya pada aplikasi 3G atau video call, yang berkomunikasi dari jarak jauh,
dengan saling berpandangan melalui layar. Hal tersebut menjadikan komunikasi
terasa lebih dekat. Apalagi, mahasiswa tidak sepenuhnya berasal dari kota asli
di universitas mereka. Notabene, mahasiswa berasal dari kota yang berbeda-beda
dan tentunya jauh dari keluarga. Hal tersebut mempersulit adanya komunikasi
dengan keluarga di rumah. Tetapi, macam-macam gadget hadir sebagai penawar
solusi bagi para mahasiswa yang ingin berkomunikasi lancar dan lebih dekat
dengan keluarganya. Bisa melalui 3G, chatting di jejaring sosial, e-mail, dan
sebagainya.
4) Ajang
untuk bersosialisasi dengan mudah dengan mahasiswa lain yang belum dikenal.
Bisa melalui aplikasi Facebook, Twitter, dan lain-lain.
Dampak
negatif penggunaan gadget pada mahasiswa, di antaranya:
1) Mahasiswa
terkadang menjadi lupa dengan kewajibannya karena terlalu asyik dengan dunianya
bersama gadget. Lupa dalam hal mengerjakan tugas, belajar, dan lain-lain. Dengan
adanya gadget yang memiliki berjuta aplikasi, membuat mahasiswa lupa akan
kewajibannya. Misalnya, kewajiban mengerjakan tugas dan lain-lain. Biasanya
faktor penyebab mahasiswa lalai dan terbengkalai dalam mengerjakan tugasnya
adalah karena gadget. Bisa jadi karena terlalu asyik bermain games, atau
chatting dengan teman, atau sedang asyik menonton film, dan aplikasi menarik
lain yang membuat mahasiswa lupa dengan kewajibannya.
2) Cenderung
membuat mahasiswa menjadi malas berpikir, karena gadget dirasa sudah mampu
memenuhi kebutuhan dalam tugas kuliahnya. Jadi, gadget yang justru banyak
dipergunakan daripada otak.
3) Proses
berpikir kreatif menjadi turun. Karena mahasiswa lebih banyak mengakses
argumen-argumen dari internet menjadikannya kurang kreatif.
4) Menjadi
malas membaca buku-buku penting. Di mana mahasiswa saat ini lebih dominan pada
bacaan di internet melalui gadget, dibanding dengan membaca-baca buku di
perpustakaan.
5) Memberikan
efek ketergantungan secara berlebihan. Mahasiswa menjadi lebih bergantung pada
gadget, daripada akalnya sendiri. Karena gadget dapat menguasai pikiran dan
alam bawah sadar bagi si penggunanya.
6) Mahasiswa
menjadi pelaku konsumtif yang tidak wajar. Artinya, mahasiswa semakin terlena
dengan adanya kehadiran gadget baru, dan ingin memilikinya. Berbagai cara
dilakukan untuk membeli gadget terbaru dan lebih uptodate mengikuti perkembangan zaman. Hal ini pula dapat memberi
pengaruh dalam gaya hidup mahasiswa.
7) Pemborosan
bagi mahasiswa. Dengan adanya gadget, tentu akan banyak mengeluarkan banyak
uang. Misalnya untuk mengisi ulang pulsa atau paket internet, paket download,
dan lain-lain.
Jika
dibandingkan, dampak negatif dari gadget lebih banyak daripada dampak
positifnya. Hal ini tentu sangat disayangkan bagi mahasiswa yang menggunakan
gadget tidak sesuai dengan kapasitasnya. Akan membuatnya menjadi lebih
ketergantungan pada gadget. Tidak banyak mahasiswa yang mengetahui dampak
negatif penggunaan gadget yang berlebihan, sehingga membuatnya semakin terlena
dan lebih mementingkan benda tersebut. Misalnya saja pada saat IPK menurun,
bukan gadget yang menjadi penyebab, karena mahasiswa tidak sepenuhnya menyadari.
2.5.
Solusi atau saran yang dapat diterapkan dari permasalahan
Solusi atau saran merupakan pemecahan masalah yang ada di
dalam gagasan. Solusi ini memang sederhana, tetapi diharapkan dapat membantu
mahasiswa dalam menemukan jalan keluar terkait permasalahan gadget yang menjadi
gaya hidup primer di kalangan mahasiswa. Solusi dan saran tersebut meliputi:
1) Gunakan
gadget pada waktu luang saja. Tidak pada saat waktu belajar, maupun dalam
mengerjakan tugas. Hal ini dapat menghindari mahasiswa dari ketergantungan
terhadap gadget.
2) Aplikasi
web atau internet digunakan secara wajar. Maksudnya, jika di dalam tugas
dituntut untuk berpikir dengan kreativitas sendiri, maka gunakan otak sebagai
penunjang. Hal ini dapat menghindari mahasiswa dalam mengkopi-paste artikel
milik orang lain.
3) Membeli
gadget diusahakan hanya sesuai kebutuhan, bukan untuk mengikuti tren dan mode.
Misalnya, cukup membeli notebook atau laptop untuk mempermudah dalam hal
mengetik tugas, dan lain-lain. Hal ini dapat menghindari mahasiswa dari sifat
pemborosan dan konsumerisme.
4) Menggunakan
gadget dalam hal-hal yang berdampak positif. Misalnya, jika yang mempunyai
notebook atau laptop gunakan kesempatan untuk menulis sebuah karya sastra
maupun karya ilmiah. Hal ini dapat meningkatkan proses berpikir kreatif pada
mahasiswa.
5) Gunakan
aplikasi internet mengarah pada dampak yang positif. Misalnya, sering-sering
mengirimkan naskah atau argumentasi yang telah dibuat ke redaksi-redaksi
penerbitan buku maupun media cetak. Seperti ikut menuangkan pendapat pada
permasalahan yang terdapat di dalam surat kabar. Dari situlah proses berpikir
kritis mahasiswa akan semakin berkembang.
3.
KESIMPULAN
Fenomena
penggunaan gadget sudah menjadi trendi di kalangan mahasiswa. Ke mana-mana alat
canggih tersebut selalu tergenggam erat di tangan mahasiswa. Seolah menjadi
barang yang wajib untuk dimiliki. Lantaran mahasiswa ingin menyesuaikan dengan
keadaan zaman yang serba modern, juga untuk kebutuhan primernya sebagai
mahasiswa. Namun, berbeda-beda mahasiswa dalam mempergunakannya, entah hal yang
mengandung positif, maupun negatif. Semua itu tergantung pada pemahaman
masing-masing, dan hanya diri sendiri yang tahu bagaimana cara
mempergunakannya. Tanpa gadget, tanpa alat komunikasi, tanpa jejaring sosial,
mahasiswa tidak bisa berbuat apa-apa. Pikirannya buntu. Dan tidak bisa
mengembangkan peristiwa-peristiwa terkini yang mudah didapat melalui gadget. Oleh
karena itu, gadget dan sejenisnya memang merupakan barang yang tidak susah
untuk didapatkan, apalagi di kalangan mahasiswa, jadi banyak yang
berbondong-bondong untuk membelinya. Sekadar untuk memenuhi kebutuhan maupun
keinginan belaka. Tetapi mahasiswa
banyak yang mengabaikan, bahwasanya tanpa gadget, tanpa alat canggih apa-apa,
tidak akan berpengaruh pada proses belajar dan berpikir. Karena pada zaman
dulu, dunia pun banyak menghasilkan orang-orang pintar yang intelek dan
berwawasan justru tanpa alat teknologi yang canggih.
4.
DAFTAR PUSTAKA
-
Kompas Kampus. 2014. Gadget, antara Ketergantungan
dan Keperluan. Kompas edisi Selasa 25 Maret 2014.
-
Wibowo, Wahyu. 2006. Berani Menulis
Artikel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
-
Keraf, Gorrys. 1970. KOMPOSISI. Jakarta: Nusa Indah.
- Vaizey, John. 1982. Pendidikan di Dunia Modern. Jakarta: Gunung Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar