Selasa, 03 November 2015

PEMAJASAN DALAM NOVEL “BINTANG TERTUSUK CINTA” KARYA RENI HAPSARI Kajian Stilistika



PEMAJASAN DALAM NOVEL “BINTANG TERTUSUK CINTA”
KARYA RENI HAPSARI
Kajian Stilistika
Dosen Pengampu: Dra. Titiek Suyatmi, M.Pd

Description: F:\UAD (Baru & Bersih).jpg

Disusun oleh:
Maya Marliana
12003060
A/VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan sebuah karya yang pada hakikatnya dibuat dengan mengedepankan aspek keindahan di samping keefektifan penyampaian pesan. Aspek keindahan tersebut sengaja dibentuk oleh pengarang dengan memanfaatkan potensi bahasa yang digali dari kekayaan bahasa setempat. Aspek keindahan itu juga yang digunakan oleh pengarang agar dapat memberikan daya tarik kepada suatu karya sastra sehingga mampu memikat pembacanya. Ciri khas pengarang yang menjadi daya tarik dari suatu karya dapat dikaji dengan kajian stilistika.
Stilistika merupakan bagian dari linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa yang ekslusif terutama pemakaian bahasa dalam sastra (Turner dalam Jabrohim Ed, 2003: 161). Untuk mengetahui gaya penulisan seorang pengarang dapat dikaji menggunakan pendekatan stilistika. Kajian stilistika bertolak dari asumsi bahwa bahasa mempunyai tugas dan peranan penting dalam kehadiran dan penghadiran karya sastra. Untuk mengetahui gaya penulisan seseorang pengarang diperlukan sebuah ilmu untuk mengalisanya. Ilmu tersebut adalah stilistika.
Novel merupakan salah satu untuk mengungkapkan sesuatu cara bebas, melibatkan permasalahan secara bebas, melibatkan permasalahan secara kompleks sehingga menjadi sebuah dunia yang penuh. Sebuah novel jelas tidak akan selesai dibaca dalam sekali duduk, karena panjangnya sebuah novel memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan karakter tokoh dalam perjalanan waktu. Novel sebagai bentuk karya sastra, selain memberi hiburan juga memberikan manfaat. Novel dapat menghibur, karena di dalamnya tersaji suatu cerita yang indah, gaya bahasa yang menarik dan dapat memberikan pengaruh bagi pembaca (Wellek dan Werren dalam Nurgiyantoro, 2010: 3).
Dalam kajian ini, saya akan melakukan anslisis stilistika novel karya Reni Hapsari yang berjudul “Bintang Tertusuk Cinta”. Analisis stilistika pada novel “Bintang Tertusuk Cinta” pada bab ini dimaksudkan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah bentuk majas yang ada di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” karya Reni Hapsari?















BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Stilistika
Stilistika sering dikaitkan dengan bahasa sastra meskipun Chapman menyatakan bahwa kajian ini dapat ditujukan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa (Nurgiyantoro, 1995: 279). Adapun, Hartoko dan Rahmanto (1986: 138) yang menyatakan stilistika sebagai cabang ilmu sastra yang memiliki style atau gaya bahasa. Pendapat Chapman (dalam Nurgiyantoro, 1995: 280) yang menyatakan bahwa analisis stilistika dimaksudkan untuk menentukan seberapa jauh penyimpangan bahasa yang digunakan pengarang serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda tanda linguistik untuk memperoleh efek estetis atau puitis. Dengan demikian, stilistika tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar linguistik yang kuat sebab salah satu perhatian utamanya adalah kontras sistem bahasa sastra dengan bahasa pada zamannya (Wellek dan Warren, dalam Nurgiyantoro, 1995: 221).
Analisis stilistika dimaksudkan untuk menentukan seberapa jauh penyimpangan bahasa yang digunakan pengarang serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek estetis atau puitis. Dengan demikian, stilistika tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar lingusitik yang kuat sebab salah satu perhatian utamanya adalah kontras sistem bahasa sastra dengan bahasa pada zamannya (Wellek dan Warren, dalam Nurgiyantoro, 1995: 221)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah bagian ilmu linguistik yang membahas gaya dalam kesastraan, khususnya gaya bahasa yang mempunyai fungsi estetis.

B.     Hakikat Stile
Stile (style, gaya bahasa) adalah pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 276). Stile atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Keraf, 2007: 113). Stile dianggap sebagai ciri khas pengarang dalam menggunakan bahasa. Gaya merupakan pilihan kata berbagai ekstensinya, pilihan citra, imajinasi dalam berbagai manifestasinya.
Nurgiyantoro (1995: 290) membuat simpulan bahwa unsur gaya bahasa terdiri dari unsur leksikal, gramatikal, retorika, dan kohesi. Unsur retorika meliputi pemajasan, penyiasatan struktur kalimat, dan pencitraan. Dengan demikian, stile atau gaya bahasa terdiri dari unsur leksikal, gramatikal, kohesi, dan retorika. Pada unsur retorika mencakup penyiasatan struktur, pemajasan, dan pencitraan. Tetapi yang akan ditulis di kajian teori ini hanyalah tentang pemajasan.
1.      Pemajasan
Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata atau kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat. Jadi, pemajasan merupakan gaya yang sengaja memanfaatkan penuturan dengan menggunakan bahasa kias (Nurgiyantoro, 2005: 296). Dalam pemajasan ini, masih ada hubungan makna antara bentuk harfiah dengan makna kiasnya. Akan tetapi, hubungan tersebut bersifat tidak langsung yang membutuhkan penafsiran pembaca. Jadi, penggunaan bahasa dalam kesusastraan merupakan salah satu bentuk penyimpangan makna.
Berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam sebuah kata, frasa, atau klausa. Keraf (1981: 114) membagi gaya bahasa menjadi dua bagian yaitu gaya langsung atau gaya retoris (rhetorical figures) dan bahsa kiasan (tropes). Untuk mendapatkan efek estetis yang diharapkan gaya retoris dan bahasa kiasan tersebut harus tepat dalam penggunaannya, gaya bahasa tersebut harus mampu mengarahkan interpretasi pembaca yang kaya dengan asosiasi-asosiasi, di samping juga dapat mendukung terciptanya suasana dan nada tertentu.
Jenis majas dalam bahasa Indonesia ada bermacam-macam menurut Keraf (2006: 115-145). Namun hanya beberapa jenis majas yang sering dipergunakan pengarang dalam karya sastra. Diantaranya sebagai berikut:
a.       Simile adalah majas perbandingan yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain kata perbandingan seperti, bagaikan, laksana dan lain-lain (Keraf : 138).
b.      Metafora adalah majas perbandingan langsung yang tidak mempergunakan kata pembanding (Keraf, 2006 : 138).
c.       Personifikasi adalah majas yang menggambarkan atau memperlakukan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat seperti manusia (Keraf, 2006 : 140).
d.      Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat, baik hubungan isi untuk menyatakan kulitnya dan lain-lain (Keraf, 2006 : 142).
e.       Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada (Keraf, 2006 : 136).
f.       Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (Keraf, 2006 : 135).
g.      Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri (Keraf, 2006 : 132).
h.      Sinekdok adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebagian dari sesuatu untuk menyatakan keseluruhan (pars pro totot) keseluruhan untuk sebagian atau biasa diistilahkan totem proparte (Keraf, 2006 : 143).




















BAB III
PEMBAHASAN

A.    Sinopsis novel “Bintang Tertusuk Cinta”
Bintang adalah perempuan lembut dan mudah terluka hatinya. Ia memiliki ketiga sahabat yang sangat centil dan ganjen terhadap cowok, berbeda dengan Bintang. Terkadang ketiga sahabatnya selalu usil karena di antara mereka Bintang lah yang paling tidak suka neko-neko.
Suatu saat Bintang dipaksa ikut ketiga temannya untuk main di sebuah kafe. Akhirnya dengan sangat terpaksa Bintang mau menuruti kemauan ketiga sahabatnya yang gaul itu. Di kafe itu pun ia bertemu dengan Bramasetya, sahabat karib kakaknya. Bintang merasa cangguh bisa bertemu dengan Bram di tempat tersebut. Daniel, mantan kekasih Bintang sengaja menabrak Bintang serta menumpahkan air minum ke baju Bintang.
Setelah pertemuan dengan Daniel di kafe itu, Bintang pun teringat kembali masa lalu indahnya dulu bersama Daniel. Di mata Bintang, Daniel merupakan sosok laki-laki yang penyayang. Akan tetapi, sikap Daniel yang tempramental membuat rasa kasih sayang Daniel tidak seindah yang Bintang bayangkan. Selama kurun waktu itu, Daniel lagi-lagi berusaha merebut hati Bintang. Daniel dengan sifat egonya, ia ingin Bintang kembali ke pelukannya, dan hanya Bintang yang pantas menjadi kekasihnya.
Singkat cerita. Pada saat itu Bintang meminta ketemuan dengan Daniel. Bintang pun meminta bantuan kepada Bram agar mau menemaninya untuk ketemuan dengan Daniel di Kaliurang. Sesampainya di Kaliurang. Bintang segera menuju ke mobil Daniel, sementara Bram mengawasinya dari belakang. Ternyata Daniel mengetahui bahwa Bintang datang tidak sendiri. Daniel merasa tidak terima, dan akhirnya ia kembali berbuat senonoh kepada Bintang, dengan memaksa memeluk Bintang di dalam mobil itu. Bram pun segera datang setelah tahu kelakuan bejad Daniel kepada Bintang di dalam mobil. Bram menghajar Daniel sampai habis. Tetapi Daniel nekat menusuk perut Bram dengan senjata pisaunya yang ternyata telah disiapkan.
Bintang menuai kepanikan yang hebat karena darah bercucuran di perut Bram. Ia segera melempar sebuah batu mengenai tepat di alat vital Daniel. Daniel pun tersungkur tidak berdaya karena kesakitan menerima lemparan batu yang sangat dahsyat itu. Bintang segera menelepon Abhin, kakaknya untuk dimintai bantuan. Singkat cerita, Abhin pun datang dengan membawa ambulan dan segera membawa Bram ke rumah sakit.
Setelah beberapa minggu kemudian, Bram pun telah sembuh dari luka parahnya. Untuk merayakan kesembuhan Bram, Bintang mengajaknya jalan-jalan keluar. Namun naas sekali mereka, justru di tengah jalan mobil Bram yang ditumpangi Bintang mengalami kecelakaan. Pada akhirnya Bintang dan Bram pun menemui mautnya.

B.     Pemajasan dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta”.
Tabel Jumlah Pemajasan Dalam Novel “Bintang Tertusuk Cinta”
Karya Reni Hapsari
No
Bentuk Pemajasan
Jumlah
1.
Personifikasi
19
2.
Simile
13
3.
Metonomia
8
4.
Hiperbola
8
5.
paradoks
6
6.
Metafora
6
7.
Sinekdok
5
8.
Litotes
2

Jumlah
67

C.    Analisis Pemajasan dalam Novel “Bintang Tertusuk Cinta”
1.      Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang menggambarkan atau memperlakukan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat seperti manusia (Keraf, 2006 : 140).
Majas personifikasi di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.      Suaranya keras dan melengking, terdengar sampai di luar kamar; mengusik ketenangan dingin malam. Hlm 15

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kata mengusik ketenangan dingin malam. Frase mengusik ketenangan adalah frase verba aktif yang secara pasif yaitu ketenangannya sedang diusik atau ketenangannya terganggu. Biasanya, hal tersebut terjadi pada manusia. Misalnya pada frase “mengusik ketenangan manusia” akan terasa lebih tepat dibandingkan dengan “mengusik ketenangan dingin malam”. Sehingga seolah-olah dingin malam pada kutipan di atas diposisikan sebagai manusia yang mempunyai ketenangan, dan ketenangannya sedang diusik oleh seseorang. Jadi makna yang tersirat dari personifikasi mengusik ketenangan dingin malam yaitu bahwa banyak keberisikan dan keriuhan pada malam hari, sehingga malam yang dingin dan tenang itu merasa terganggu oleh keberisikan tersebut.

b.      Memang apa bedanya dengan  kafe lain? paling isinya juga sama. musik yang berisik, dan asap rokok yang berjalan ke sana kemari. Hlm 23

  Pada kutipan di atas, personifikasi terletak pada kata “asap rokok yang berjalan ke sana kemari”. Kata berjalan kesana kemari biasanya hanya bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya. Artinya berjalan memakai anggota tubuh kaki ke sana kemari. Tetapi, asap rokok tidak dapat berjalan ke sana kemari seperti manusia. Sehingga asap rokok di sini diposisikan pengarang seperti manusia. Jadi, makna yang tersirat dalam majas personifikasi “asap rokok berjalan ke sana kemari” maksudnya adalah di sebuah kafe banyak asap rokok yang melayang di mana-mana .

c.       Maklum, mereka orang-orang yang selalu dimanjakan oleh kondisi keluarga yang serba ada.  Hlm 24

Pada kutipan di atas, majas personifikasi dapat dilihat dari frase “dimanjakan oleh kondisi keluarga”. Kata dimanjakan adalah kata kerja pasif yang artinya ingin selalu diberi perhatian atau kasih sayang. Biasanya hal dimanjakan tersebut hanya  dilakukan oleh manusia. Misalnya kata dimanjakan oleh manusia. Akan tetapi pada kata dimanjakan oleh kondisi keluarga seolah-olah kondisi keluarga diposisikan sebagai manusia, artinya kondisi keluarga itu bisa memanjakan manusia. Akan tetapi makna yang tersirat dalam personifikasi tersebut yaitu bahwa hanya orang-orang kaya yang bisa memiliki apa saja yang mereka mau karena mereka memiliki keadaan yang mencukupi.

d.      Suasana temaram di kafe itu, dan suara musik menginjak-injak telinga setiap pengunjungnya. Hlm 26

Pada kutipan di atas, majas personifikasi dapat dilihat dari frase “suara musik menginjak-injak telinga”. Kata menginjak-injak berarti menekan-nekan bumi dengan anggota tubuh kaki, dan biasanya dilakukan oleh manusia. Akan tetapi suara musik tidak dapat menginjak-injak seperti manusia. Oleh karena itu kata suara musik diposisikan sebagai mana manusia. Makna yang tersirat dalam personifikasi tersebut yaitu  bahwa suara musik di dalam kafe tersebut menghentakkan telingan setiap orang yang mengunjunginya, atau terdengar dengan keras oleh setiap orang yang mengunjungi kafe tersebut.

e.       Situasi malam itu menggoda Bintang untuk pergi keluar. Hlm 29

Pada kutipan di atas, majas personifikasi dapat dilihat dari kata “situasi malam itu menggoda Bintang”. Kata menggoda adalah kata kerja aktif yang artinya memberikan rayuan, yang biasanya hanya bisa dilakukan oleh manusia. Akan tetapi pada kata situasi malam itu menggoda Bintang berarti situasi malam sedang merayu Bintang. Padahal merayu hanya dapat dilakukan oleh manusia. Sehingga, kata situasi malam diposisikan sebagai manusia. Makna yang tersirat dalam personifikasi tersebut yaitu bahwa situasi malam itu membuat Bintang ingin keluar dan menikmati malam hari, sehingga situasi malam itu seolah-olah merayu Bintang untuk keluar pada malam hari.

f.       “Thanks ya Bram.” Suara Bintang mengusik lamunan Bramasetya.  Hlm 37

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kata suara Bintang mengusik lamunan Bramasetya. Kata mengusik adalah kata verba aktif yang artinya mengganggu. Biasanya, hal tersebut terjadi pada manusia. Biasanya yang mengusik dan diusik itu adalah manusia. Sehingga pada frase suara Bintang mengusik lamuanan Bramasetya seolah-olah suara Bintang dan lamunan Bramasetya  pada kutipan di atas diposisikan sebagai manusia, suara Bintang sebagai subjek yang mengusik, dan lamunan Bramasetya sebagai objek yang diusik oleh suara Bintang. Jadi makna yang tersirat dari personifikasi tersebut yaitu bahwa suara Bintang yang secara tiba-tiba membuyarkan dan mengagetkan Bramasetya yang sedang melamun.

g.      Bintang Bingung apa yang harus ia lakukan. Pikirannya berjalan tak tentu arah. Hlm 38

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kata pikirannya berjalan tak tentu arah. Kata berjalan tak tentu arah adalah kata verba pasif, yang artinya pergi tetapi tidak tahu tujuannya sehingga tidak tentu arah berjalannya. Kata kerja berjalan biasanya dilakukan oleh manusia. Tetapi pada kata “pikirannya berjalan tak tentu arah” seolah-olah kata pikirannya diposisikan sebagai manusia. Sedangkan pikiran tidak bisa berjalan sebagai mana manusia. Jadi makna yang tersirat dalam personifikasi tersebut yaitu bahwa pikiran Bintang sedang kacau balau atau sedang bingung.

h.      Dan pada malam itu, Bintang merasa jengah. Kesepian kembali mengusik batinnya. hlm 39

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kata kesepian kembali mengusik batinnya. Kata mengusik adalah kata verba aktif yang artinya mengganggu. Biasanya, hal tersebut terjadi pada manusia. Biasanya yang mengusik dan diusik itu adalah manusia. Sehingga pada kata kesepian kembali mengusik batinnya seolah-olah kesepian dan batinnya pada kutipan di atas diposisikan sebagai manusia, kesepian sebagai subjek yang mengusik, dan batinnya sebagai objek yang diusik oleh kesepian. Jadi makna yang tersirat dari personifikasi tersebut yaitu bahwa pada malam hari itu Bintang kembali kesepian karena tidak ada seorang kekasih yang menemaninya.

i.        Langit-langit kamar, dan jendela-jendela itu menyaksikan keresahan dalam diri Bintang. Hlm  40

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat Langit-langit kamar, dan jendela-jendela itu menyaksikan keresahan dalam diri Bintang. Kata menyaksikan merupakan kata kerja aktif yang artinya melihat. Melihat biasanya adalah aktivitas manusia, karena manusia mempunyai mata sebagai alat untuk melihat. Namun pada kalimat itu yang menyaksikan adalah langit-langit kamar dan jendela-jendela yang tidan mempunyai mata. Sehingga langit-langit kamar dan jendela itu diposisikan sebagai manusia yang bisa melihat. Makna yang tersirat dari personifikasi tersebut yaitu bahwa Bintang sedang mengalami keresahan di dalam kamarnya, sehingga langit-langit kamar dan jendela itu menjadi saksi keresahan Bintang.

j.        Fara menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Bintang yang masih membisu. Hlm 44

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat wajah Bintang yang masih membisu. Kata membisu identik dengan kata diam. Diam atau membisu biasanya dilakukan oleh manusia. Tetapi kata wajah Bintang di sini diposisikan sebagai manusia yang bisa membisu. Makna yang tersirat dalam personifikasi tersebut bahwa Bintang sedang dalam keadaan melamun.

k.      Bintang merasa sangat hancur dan saat itu dirinya terasa lenyap ditelan bumi. Hlm 45

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat dirinya telah lenyap ditelan bumi. Kata ditelan adalah kata kerja pasif yang secara aktif yaitu menelan, yang artinya memasukan sesuatu ke dalam mulut. Kata ditelan biasanya dilakukan oleh manusia. Misal pada kalimat “makanan itu ditelan Adik”. Tetapi jika pada kata ditelan bumi, maka bumi di sini diposisikan sebagai manusia yang bisa menelan. Makna yang tersirat dalam personifikasi tersebut yaitu bahwa Bintang merasa dirinya telah hancur dan merasa bahwa dirinya tidak lagi pantas berada di bumi.

l.        Waktu kuliah selesai, Bintang bergegas keluar dari ruangan kelas menuju kantin, untuk mengisi perutnya yang sedari tadi protes terus menerus. Hlm 65

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat perutnya yang sedari tadi protes. Kata protes artinya menyangkal atau berontak. Sifat protes biasanya terjadi pada manusia. Akan tetapi pada kutipan di atas yang protes adalah perut. Jadi perut di sini diposisikan sebagai mana manusia. Makna yang tersirat dalam personifikasi tersebut yaitu bahwasanya perut Bintang sedang kelaparan setelah berjam-jam menghadiri perkuliahan.

m.    Kabut mulai turun menutup vila-vila yang berdiri kokoh, yang bisa terlihat hanya daun-daun yang bergoyang dari pohon cemara itu. Hlm 82

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat daun yang bergoyang-goyang. Kata bergoyang-goyang adalah kata kerja yang artinya menggerakkan anggota tubuh. Sementara daun tidak mempunyai anggota tubuh seperti manusia. Jadi daun di sini diposisikan sebagai manusia yang sedang bergoyang-goyang. Makna yang tersirat yaitu daunnya bergerak-gerak karena tertiup oleh angin.

n.      Rasa takut Bintang akan sosok hati berbentuk cinta menari-nari lagi di kepalanya. Hlm 87

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat sosok hati berbentuk cinta menari-nari lagi di kepalanya. Kata menari-nari adalah kata kerja aktif yaitu menggerak-gerakkan anggota tubuh. Sementara sosok hati berbentuk cinta di sini tidak mempunyai tubuh yang dapat digerak-gerakkan seperti manusia. Jadi sosok hati berbentuk cinta ini diposisikan sebagaimana manusia. Sedangkan makna yang tersiratnya adalah Bintang takut dan trauma dengan cinta, namun ternyata cinta itu hadir kembali dalam hidupnya.

o.      Bintang tidak mau menunggu lama, cukup waktu saja yang berbicara. Hlm 88

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat waktu saja yang berbicara. Kata berbicara adalah kata kerja yang artinya mengeluarkan suara atau tindakan lisan. Sementara waktu tidak mempunyai lisan untuk bisa berbicara seperti manusia. Jadi waktu di sini diposisikan sebagai mana manusia. Makna yang tersirat yaitu Bintang menunggu waktu yang akan menentukan semua penantiannya apakah akan datang ataukah tidak.

p.      Satu kata yang terus berseliweran menendang-nendang batin Bintang. Hlm 105

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat satu kata yang terus berseliweran menendang-nenang batin Bintang. Kata menendang-nendang artinya menerjang dengan kaki yang biasa dilakukan oleh manusia. Tetapi yang menendang-nendang di sini adalah satu kata. Jadi satu kata di sini diposisikan sebagai manusia yang bisa menendang-nendang. Makna yang tersirat di dalamnya yaitu bahwa kata tersebut membuat batin Bintang menjadi takut dan gelisah.

q.      Bau harum masakan di dapur mengajak Bintang untuk ingin cepat makan siang sebelum pergi. Hlm 125

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat bau harum masakan di dapur mengajak Bintang. Kata mengajak merupakan kata verba aktif, kata dasarnya yaitu ajak. Mengajak berarti menyeru atau meminta supaya turut/menuruti. Mengajak merupakan aktivitas manusia. Akan tetapi pada kutipan di atas justru yang mengajak adalah bau harum masakan. Jadi, kata bau harum masakan di sini diposisikan sebagai manusia yang bisa mengajak kepada seseorang. Makna yang tersirat dari personifikasi tersebut yaitu bahwa Bintang tergoda dengan bau harum masakan di dapur yang membuat perutnya semakin lapar dan ingin segera makan siang.

r.       Bintang merasa tidak tenang, perasaan khawatir bersembunyi di balik otaknya. Hlm 133

Pada kutipan di atas, personifikasi terdapat pada kalimat perasaan khawatir bersembunyi di balik otaknya. Kata bersembunyi merupakan kata kerja yang biasa dilakukan oleh manusia. Bersembunyi memiliki arti tidak terang-terangan atau menghindar dari sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Tetapi yang bersembunyi di sini adalah perasaan khawatir, seolah-olah perasaan khawatir di sini diposisikan sebagai manusia yang dapat bersembunyi. Makna yang tersirat dari personifikasi tersebut yakni bahwa Bintang sedang mengalami kekhawatiran dan merasa tidak tenang yang disebabkan oleh sesuatu.

s.       Cinta yang selama ini menghidupinya justru menusuk ketulusan dan kesetiaannya. Hlm 159

Cinta yang selama ini menghidupinya justru menusuk ketulusan dan kesetiaannya merupakan bentuk personifikasi. Dilihat dari kata menusuk yang merupakan kata kerja aktif, artinya memasukkan sesuatu benda yang runcing ke benda lain atau sesuatu yang lain. Jadi menusuk hanya dapat dilakukan oleh manusia, atau sebagian dari aktivitas manusia. Tetapi yang menusuk di sini adalah cinta. Jadi cinta diposisikan sebagai mana manusia yang bisa menusuk. Makna yang tersirat dari personifikasi tersebut yaitu bahwa cinta tidak selamanya membawa kebahagiaan dan kadang selalu menyakitkan hati yang tulus mencintai seseorang.

2.      Simile
Simile adalah majas perbandingan yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain kata perbandingan seperti, bagaikan, laksana dan lain-lain (Keraf, 2006: 138).
Majas Simile di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.      Ingatan Bintang kembali melayang seperti terbawa angin topan. Hlm 17

Ingatan Bintang kembali melayang seperti terbawa angin topan merupakan bentuk majas simile. Hal tersebut dapat dilihat dari kata seperti yang membandingkan ingatan Bintang dengan angin topan. Jadi ingatan Bintang yang mulai kembali melayang ini diibaratkan seperti terbawa angin topan. Seolah-olah angin topan tersebut membawa melayang ingatan Bintang. Makna yang tersirat dari majas simile tersebut yaitu ingatan Bintang kembali melayang diartikan bahwa Bintang teringat kembali dengan masa lalunya, dan ingatan Bintang seperti melayang-layang karena terbawa angin topan.

b.      Dia lebih senang mendengar kebodohan-kebodohan yang diceritakan sahabatnya itu tentang para laki-laki yang dipujanya. Meskipun kadang Bintang juga jenuh mendengarnya. Tapi ia menganggapnya sebagai lelucon belaka.  Hlm 19

Tapi ia menganggapnya sebagai lelucon belaka merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai dari kata sebagai yaitu kata perbandingan. Makna yang tersirat dari kutipan di atas bahwasanya Bintang hanya menganggap lelucon dari ungkapan-ungkapan sahabatnya yang sering kali bercerita mengenai laki-laki pujaannya. Karena Bintang sendiri telah jenuh dengan yang namanya laki-laki.

c.       Seharusnya mereka bisa mengerti bahwa Bintang tidak suka pergi ke tempat seperti gituan itu. Hlm 20

Seharusnya mereka bisa mengerti bahwa Bintang tidak suka pergi ke tempat seperti gituan itu merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai oleh kata seperti yang merupakan kata perbandingan. Kata yang menjadi perbandingan yaitu kata gituan itu dalam kalimat di atas. Maksud dari kata gituan tersebut menjurus kepada hal-hal yang berbau negatif. Misalnya tempat begituan menjurus pada tempatnya orang-orang nakal, tempatnya orang-orang bersenang-senang dan hanya mencintai dunia dengan sesaat, dan sebagainya. Jadi makna yang tersirat dari kutipan di atas bahwa Bintang sebenarnya tidak suka pergi ke tempat yang membuatnya tidak nyaman, karena banyak hal-hal negatif di dalamnya.

d.      Malam minggu bagaikan malam yang sakral bagi sahabat-sahabatnya itu. Hlm 23

Malam minggu bagaikan malam yang sakral merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai oleh kata bagaikan yang merupakan kata perbandingan. Kata yang dibandingkan di sini yaitu malam minggu dengan malam yang sakral. Sakral itu sendiri mempunyai arti keramat dan dapat menimbulkan sesuatu yang luar biasa. Jadi menurut Bintang, mengapa malam minggu diibaratkan malam yang sakral oleh teman-temannya, karena malam minggu adalah malamnya anak remaja, dan semua orang yang dimabuk cinta atau anak-anak muda selalu menanti-nanti hadirnya malam minggu. Itulah kenapa malam minggu disebut sebagai malam yang sakral.

e.       Kenangannya bersama Daniel adalah kenangan yang buruk bagaikan apel busuk. Hlm 40

Kenangan yang buruk bagaikan apel busuk merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai dengan kata bagaikan yang merupakan kata perbandingan. Yang dibandingkan di sini adalah kenangan buruk dengan apel busuk. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwa Bintang merasa bahwa kenangannya bersama Daniel adalah kenangannya yang paling terburuk seperti apel busuk. Di mana apel busuk ini merupakan buah apel yang sudah tidak dapat dimakan lagi karena rasanya pun tidak akan enak seperti sedia kala. Begitu pula dengan kenangan Bintang bersama Daniel sudah menjadi buruk dan tidak akan indah lagi jika dikenang.

f.       Tapi bagaimanapun, Luna, Niken dan Fara adalah ketiga sahabatnya yang bagaikan kepompong. Hlm 43

Tapi bagaimanapun, Luna, Niken dan Fara adalah ketiga sahabatnya yang bagaikan kepompong merupakan majas simile, hal tersebut ditandai dengan  kata bagaikan yang merupakan kata perbandingan. Yang dibandingkan di sini yaitu sahabat dengan kepompong. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwasanya Luna, Niken dan Fara adalah sahabat Bintang yang seperti kepompong meskipun mereka bertiga menyebalkan. Mengapa Bintang mengibaratkan sahabat seperti kepompong, karena kepompong itu bisa merubah ulat menjadi kupu-kupu, dan sahabat bisa merubah kesedihan menjadi kebahagiaan. Artinya di sini, Bintang dengan sahabat-sahabatnya selalu melengkapi satu sama lain, dan susah senang mereka selalu lewatkan bersama.

g.      Dia sadar betul bahwa cinta yang dijalaninya bak pisau bermata dua. Hlm 46

Dia sadar betul bahwa cinta yang dijalaninya bak pisau bermata dua merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai dengan kata bak yang merupakan kata perbandingan sejajar dengan seperti, bagaikan dan laksana. Yang dibandingkan di sini adalah cinta yang dijalaninya dengan pisau bermata dua. Makna yang tersirat yaitu bahwa Bintang baru menyadari bahwa cinta yang dia jalani bersama Daniel hanya akan membawa kepada kehancuran. Karena yang menjadi perbandingan adalah pisau, yaitu benda tajam yang membahayakan. Jadi, cinta yang dijalani Bintang terasa berbahaya dan membawanya kepada kehancuran.

h.      Bagi Bintang, Bramasetya sebenarnya tidak salah, hanya pikiran Bintang saja yang sedang kacau bagaikan pecahan kaca. Hlm 50

 Bagi Bintang, Bramasetya sebenarnya tidak salah, hanya pikiran Bintang saja yang sedang kacau bagaikan pecahan kaca merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai dengan kata bagaikan yang merupakan kata perbandingan. Yang dibandingkan di sini adalah pikiran Bintang yang kacau dengan pecahan kaca. Kata pecahan kata memiliki makna berantakan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Sama halnya dengan pikiran Bintang yang sedang kacau dan berantakan. Jadi Bintang mengibaratkan pikirannya yang kacau seperti pecahan kaca.

i.        Kegagalan adalah salah satu takdir yang tak bisa dielakkan lagi, seperti halnya burung yang apabila sayapnya patah tak akan pernah mampu terbang tinggi, Bintang berusaha mengendalikan perasaannya yang sedang menerima takdir kegagalan itu. hlm 51
Kegagalan adalah salah satu takdir yang tak bisa dielakkan lagi, seperti halnya burung yang apabila sayapnya patah tak akan pernah mampu terbang tinggi merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai dengan kata seperti yang merupakan kata perbandingan. Yang dibandingkan di sini adalah kegagalan dengan burung yang sayapnya patah. Jadi kegagalan diibaratkan seperti burung yang apabila sayapnya patah makan tidak akan dapat terbang tinggi lagi. Begitu pula kegagalan yang dialami Bintang karena telah gagal menjaga kegadisannya. Sehingga ia merasa kegagalan ini tak akan dapat meembuatnya menemukan kebahagiaan.

j.        Tapi pikirannya terus saja berjalan tak tentu arah, ibarat layang-layang yang putus talinya. Hlm 53

Pikirannya terus saja berjalan tak tentu arah, ibarat layang-layang yang putus talinya merupakan majas simile. Hal tersebut ditandai dengan kata ibarat yang merupakan kata perbandingan. Yang dibandingkan di sini adalah pikiran dengan layang-layang yang putus talinya. Apabila layang-layang sudah putus talinya, maka perjalanannya tidak tentu arah lagi. Begitu pula dengan pikiran Bintang yang sudah kacau dan berantakan sehingga tidak tahu tujuan pikirannya seperti apa. Sehingga pikiran Bintang di sini diibaratkan dengan layang-layang yang putus talinya, sehingga akan tersasar dan tidak tentu arah.

k.      Bintang jadi grogi, tiba-tiba pipinya terasa panas, warnanya memerah seperti buah cerry. Hlm 98

Pipinya terasa panas, warnanya memerah seperti buah cerry merupakan majas similie. Hal tersebut ditandai dengan kata seperti yang merupakan kata konjungsi perbandingan. Yang dibandingkan di sini yaitu pipi dengan buah cerry. Di mana pada saat itu Bintang sedang gugup karena baru pertama berbicara dengan Bramasetya memakai hati. Kegugupan Bintang membuat pipinya panas dan memerah, sehingga warna merah itu mirip seperti buah cerry yang memang berwarna merah merekah.

l.        Bintang mengangguk-angguk seperti boneka unyil yang lehernya punya per. Hlm 104

Bintang mengangguk-angguk seperti boneka unyil yang lehernya punya per merupakan majas simile karena ditandai dengan kata seperti yang merupakan kata konjungsi perbandingan. Yang dibandingkan di sini adalah kepala Bintang yang mengangguk dengan boneka unyil. Jadi anggukan Bintang yang penuh dengan semangat itu kepalanya diibaratkan seperti leher boneka unyil yang memantul-mantul seperti per.

m.    Tiba-tiba detak jantung Bintang tidak teratur, seperti orang habis berlari seharian. Hlm 109.

Detak jantung Bintang tidak teratur, seperti orang habis berlari seharian merupakan majas simile karena ditandai dengan kata seperti. Yang dibandingkan di sini adalah detak jantung dengan orang yang habis berlari seharian. Apabila orang sudah berlari-larian maka detak jantungnya tidak teratur, maka detak jantung orang yang habis berlarian diibaratkan seperti detak jantung Bintang yang tidak beraturan saat menghadapi situasi yang menakutkan.

3.      Metonimia
Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat, baik hubungan isi untuk menyatakan kulitnya dan lain-lain (Keraf, 2006 : 142).
Majas Metonimia di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.      “kok nggak gabung sama mereka? Apa ngga punya cerita seru tentang Arjunamu?” kata Bintang pada Luna. Hlm 19.

Majas metonimia terletak pada kata “arjunamu”, kata arjuna di sini merujuk pada sosok laki-laki yang dikagumi oleh sahabat Bintang yaitu Luna. Jadi, arjuna adalah kata lain untuk laki-laki yang disegani oleh wanita.

b.      Kamar Bintang memang selalu tertata dengan rapi, itu sebabnya Trio Kwek-kwek itu oke sekali jika harus menginap di rumahnya. Hlm 22

Majas metonimia terletak pada kata “Trio Kwek-kwek” yang merujuk pada sahabat Bintang. Karena ketiga sahabat Bintang ini sering usil dan sangat ramai, jadi disebutnya trio kwek-kwek.

c.       Bintang merebahkan diri di tempat tidurnya sambil memeluk Piggy kesayangannya. Hlm 22

Majas metonimia terletak pada kata “Piggy”. Kata “Piggy” di sini merupakan nama sebuah boneka kesayangan Bintang.

d.      Niken antusias sekali menunjuk Sport hitam milik Krishna yang diparkir tidak jauh dari mobil Bintang. Hlm 25

Majas metonimia terletak pada kata “sprot hitam” yang merupakan mobil sport berwarna hitam yang sedang tren masa kini, atau nama merek sebuah mobil mewah dan berkelas.

e.       Mendengar suara dering smart phone-nya Abhin langsung melesat ke kamarnya. hlm 78

Majas metonimia terletak pada kata “smart phone” yang merupakan nama merek telepon genggam yang berbentuk tablet dan layar sentuh.

f.       Begitu cantik Bintang malam itu, tubuhnya dibalut sutra yang menjadikannya mewah dan elegan. Hlm 84

Majas metonimia terletak pada kata “sutra” yang merupakan nama sebuah kain yang biasa dipakai oleh para putri raja, atau nama kain yang berkualitas tinggi.

g.      Bintang dan Bramasetya segera pergi ke Kaliurang memakai sedan antik milik Bramasetya. Hlm 200

Majas metonimia terletak pada kata “sedan” yang merupakan nama merek mobil.

h.      Bramasetya, Bintang, dan satu pengendara kijang. Hlm 201

Majas metonimia terletak pada kata “kijang” yang merupakan nama merek mobil.

4.      Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (Keraf, 2006 : 135).
Majas Hiperbola di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.      Asap cinta itu melesat keluar dengan cepat dari ujung kepalanya dan mengeluarkan aroma busuk selama dua tahun berada di sisi Daniel. Hlm 53

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dirasa berlebihan. Seperti pada kata asap cinta keluar dari ujung kepalanya, yang secara logika tidak mungkin ada asap yang keluar dari kepala. Kemudian pada kata mengeluarkan aroma busuk selama berada di sini Daniel. Yang dimaksud aroma busuk di sini mungkin adalah kenangan yang paling buruk yang dialami Bintang. Jadi kutipan di atas dilebih-lebihkan untuk menuai kesan esetetis. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwa Bintang merasa telah benci dan muak dengan sikap Daniel terhadapnya.

b.      Bintang mulai tersipu-sipu, darahnya serasa menggelegak ke pipi, dan dia merasa bodoh sekali. Hlm 72

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dilebih-lebihkan. Seperti pada kata darahnya serasa menggelegak ke pipi. Menggelegak artinya bergejolak, meluap atau berkobar-kobar. Secara logika, darah tidak mungkin sampai meluap ke pipi. Jadi kutipan di atas terasa dilebih-lebihkan agar menuai kesan estetis. Makna yang tersirat dari kutipan di atas bahwasanya Bintang merasa malu saat berhadapan dengan Bramasetya.

c.       Dia bukan laki-laki penuh pujian dengan segudang kata-kata cinta untuk memuji apa yang disayanginya. Hlm 79

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dilebih-lebihkan. Seperti pada kata segudang kata-kata cinta. Kata segudang memiliki makna banyak, berarti yang banyak di sini adalah kata-kata cinta. Sehingga dilebih-lebihkan menjadi segudang. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwasanya Bintang memuji sosok Daniel yang berbeda dengan laki-laki lain yang biasanya penuh dengan kata cinta palsu dan bualan semata.

d.      Tapi tiba-tiba darahnya bergejolak melihat Bintang tampak mesra bersama Bramasetya. Hlm 29

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dilebih-lebihkan. Seperti pada kata darahnya bergejolak. Bergejolak itu bermakna meluap atau berkobar-kobar. Jadi, yang meluap dan berkobar-kobar di sini adalah darah. Sehingga kata-kata tersebut dirasa melebih-lebihkan. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwa Daniel  setelah melihat Bintang bermesraan dengan Bram, ia merasa kecewa dan hatinya penuh dengan aramah.

e.       Bintang terkejut atas tamparan yang dilampiaskan Daniel. Seketika itu juga darahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. Hlm 130

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dilebih-lebihkan. Seperti pada kata darahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. Kata-kata tersebut terkesan melebih-lebihkan. Kata-kata tersebut untuk menggambarkan amarah seseorang. Jadi makna yang tersirat dari kutipan di atas bahwasanya Bintang sangat marah karena ditampar oleh Daniel untuk yang kesekian kalinya.

f.       Kepercayaan Daniel, cintanya, dan dukungannya, telah melambungkan diri Bintang dari bumi lalu dengan lembut membawanya mengarungi awan di atas langit yang ke tujuh. Hlm 159-160

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dilebih-lebihkan. Seperti pada kata-kata melambungkan diri Bintang dari bumi lalu dengan lembut membawanya mengarungi awan di atas langit yang ketujuh. Kata-kata tersebut terkesan melebih-lebihkan, karena secara logika Bintang tidak mungkin terbang tinggi dari bumi sampai mengarungi langit ketujuh. Sehingga kata-kata tersebut menuai kesan esetetis. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwasanya Bintang sangat merasa bahagia saat pertama kali mengenal Daniel, dan sebelum Daniel berubah menjadi laki-laki yang tempramen.

g.      Bintang kebingungan dan resah, melihat darah Bram menyembur dari perutnya dan bercucuran menganak sungai. Hlm 180

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dilebih-lebihkan. Seperti pada kata darah Bram menyembur dari perutnya dan bercucuran menganak sungai. Kata-kata tersebut terkesan melebih-lebihkan, karena secara logika tidak mungkin darah yang keluar banyaknya sampai diibaratkan seperti sungai. Sehingga kata-kata tersebut menuai kesan esetetisnya. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwa pada saat itu Bintang merasa panik karena Bram yang diserang oleh Daniel dengan senjata pisaunya sehingga menusuk pada perut Bram.

h.      Bintang juga mengalami hal serupa. Bahkan di kepalanya darah mengucur dengan deras. Hlm 202

Kutipan di atas merupakan majas hiperbola karena terdapat kata yang dilebih-lebihkan. Seperti pada kata darah mengucur dengan derasnya. Kata-kata tersebut terkesan melebih-lebihkan, karena pada secara logika tidak mungkin darah sampai mengucur dengan deras, atau dengan kencang. Sehingga kata-kata tersebut menimbulkan kesan esetetis. Makna yang tersirat dari kutipan di atas yaitu bahwasanya Bintang mengalami kecelakaan mobil sampai terluka parah di bagian kepalanya.

5.      Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada (Keraf, 2006 : 136)
Majas Paradoks di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.      Malam itu kebetulan cerah. Tapi tak cukup membuat Bintang cerah ceria bersama sahabat-sahabatnya. Hlm 25

Kutipan di atas merupakan majas paradoks, karena kata-kata di atas ada pertentangannya. Yaitu pada kata malam cerah dengan tak cukup membuat Bintang cerah ceria. Maksud pertentangan di sini adalah, meskipun malamnya sangat cerah, tetapi bertentangan dengan hati Bintang yang tidak secerah dan seceria malam ini.

b.      Bintang tersenyum pahit dalam keadaan yang memilukan ini. hlm 33

Kutipan di atas merupakan majas paradoks, karena kata-kata di atas ada pertentangannya. Yaitu pada kata tersenyum dan kata pahit. Secara makna tersenyum berarti menggambarkan keceriaan pada diri seseorang, namun kata pahit di sini menggambarkan kesedihan pada diri seseorang. Jadi tersenyum pahit terdapat pertentangan bahwasanya meskipun Bintang tersenyum, tetapi di dalam hatinya justru menyimpan luka yang begitu dalam atau kesedihan yang begitu dalam.

c.       Bintang menganggukkan kepalanya, tetapi dalam hati ia menolak dan tidak ingin melakukan ini semua. Hlm 38

Kutipan di atas merupakan majas paradoks, karena kata-kata di atas ada pertentangannya. Pertentangan tersebut terdapat pada kata menganggukan kepala dengan menolak. Pada dasarnya, menganggukan kepala menandakan kata ya atau setuju, akan tetapi di sini menolak. Berarti anggukan kepala Bintang tidak selaras dengan hatinya yang justru mengatakan tidak ataupun menolak.

d.      Mulanya melahirkan kebahagiaan, tapi ujungnya ternyata membuat keperihan. Hlm 46

Kutipan di atas merupakan majas paradoks, karena kata-kata di atas ada pertentangannya. Pertentangan tersebut terdapat pada kata kebahagiaan dengan keperihan. Yang dimaksud kebahagiaan dan keperihan pada kutipan di atas adalah cinta. Jadi cinta mulanya melahirkan kebahagiaan, tapi ujungnya membuat keperihan.

e.       Di tengah keriuhan mahasiswa yang memesan makanan, Bintang tampak merenung sendirian. Hlm 66

Kutipan di atas merupakan majas paradoks, karena kata-kata di atas ada pertentangannya. Pertentangan tersebut terdapat pada kata keriuhan mahasiswa dengan merenung sendirian. Keriuhan mahasiswa menggambarkan keramaian, keramaian tersebut terjadi di dalam kantin. Namun sangat bertentangan dengan kondisi Bintang yang justru ia sedang merenung sendirian di tengah keriuhan mahasiswa tersebut.

f.       Tiba-tiba Bintang merasa ruangan terasa panas, padahal dari tadi AC menyala. Hlm 106

Kutipan di atas merupakan majas paradoks, karena kata-kata di atas ada pertentangannya. Pertentangan tersebut terdapat pada kata panas dengan AC menyala. Pada umumnya AC merupakan alat elektronik untuk mendinginkan ruangan. Tetapi di sini justru Bintang merasa kepanasan karena ia sedang diterpa kegelisahan.

6.      Metafora
Metafora adalah majas perbandingan langsung yang tidak mempergunakan kata pembanding (Keraf, 2006 : 138).
Majas Metafora di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.      Apa kamu mau ikut-ikutan cari laki-laki hidung belang seperti Krishna?. Hlm 20

Majas metafora yang terdapat dalam kutipan di atas yaitu “hidung belang”. Makna secara denotatifnya adalah hidung yang belang atau berloreng-loreng. Namun secara metafora dan makna konotatifnya yaitu laki-laki yang suka mempermainkan perempuan.

b.      Alamat sial bagi Bintang harus bertemu dengan rombongan laki-laki sok kaya itu. Hlm 27

Majas metafora yang terdapat dalam kutipan di atas yaitu “alamat sial”. Makna konotatifnya yaitu orang yang mengalami kesialan atau kenaasan.

c.       Bintang merasa iri, melihat sepasang merpati sedang memadu cinta di taman sana. Hlm 49

Majas metafora yang terdapat dalam kutipan di atas yaitu “sepasang merpati”. Yang dimaksud sepasang merpati di sini bukanlah merpati sejenis burung. Akan tetapi makna kias yang tersirat dari kata “sepasang merpati” tersebut yaitu sepasang kekasih atau insan yang sedang dimabuk cinta.

d.      Ternyata Daniel tak ubahnya laki-laki berkepala dua. Hlm 70

Majas metafora yang terdapat dalam kutipan di atas yaitu “berkepala dua”. Secara denotatif bukan berarti kepalanya ada dua. Melainkan makna kias yang tersirat dari kata tersebut yaitu seseorang yang memiliki perlakuan baik, namun di balik perlakuan baiknya ternyata ia seseorang yang jahat, atau orang yang munafik.

e.       Pusat keramaian kompleks Malioboro memang di Mall ini dan di pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan Malioboro. Hlm 75.

Majas metafora yang terdapat dalam kutipan di atas yaitu “pedagang kaki lima”. Secara denotatif bukanlah seorang pedagang yang kakinya ada lima. Tetapi secara kias maknanya adalah para pedagang yang berada di pinggir jalan.

f.       Siapa sangka, julukan bunga desa dulu tak semenarik yang Bintang kira. Hlm 187

Majas metafora yang terdapat dalam kutipan di atas yaitu “bunga desa”. Secara denotatif bukanlah bunga yang ada di sebuah desa. Tetapi secara kias makna bunga di sini adalah perempuan atau gadis, jadi bunga desa adalah gadis desa, atau gadis yang paling cantik, anggun, dan polos yang berasal dari sebuah desa.

7.      Sinekdok
Sinekdok adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebagian dari sesuatu untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) keseluruhan untuk sebagian atau biasa diistilahkan totem proparte (Keraf, 2006 : 143).
Majas Sinekdok di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.       pars pro toto
1)      Kirshna pernah mencoba mendekatinya dan mencuri hatinya. (hlm 17)
Kata “mencuri hatinya” pada kutipan di atas terlihat menggambarkan sebagian, yaitu yang dicuri hanyalah hati saja, tetapi padahal yang dimaksud adalah seluruhnya. Maksud mencuri hati bukanlah hatinya saja yang dicuri, melainkan perhatiannya, perasaannya, dan lain sebagainya. Jadi kata “mencuri hatinya” tersebut menggambarkan sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya.

2)      Krishna ini tak akan pernah masuk dalam hati Bintang. (hlm17)

Kata “masuk dalam hati Bintang” pada kutipan di atas terlihat hanya menggambarkan sebagian, yaitu yang masuk hanya ke dalam hati Bintang. Tetapi padahal yang dimaksud adalah seluruhnya, bukan hanya hati Bintang. Kata “masuk dalam hati Bintang” juga termasuk dalam kriteria Bintang, tipe cowok Bintang, dan lain sebagainya. Jadi kata tersebut menggambarkan sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya.

3)      Sungguh tragis nasib cewek-cewek yang pernah jatuh di pelukan krishna. Hlm 18

Kata “jatuh di pelukan Krishna” pada kutipan di atas terlihat menggambarkan sebagian, yaitu yang jatuh hanya dipelukan Krishna. Tetapi padahal yang dimaksud adalah seluruhnya. Bukan hanya di pelukan Krishna saja yang dimaksud, tetapi juga bisa jatuh dalam perangkap Krishna, jatuh cinta kepada Krishna, atau perempuan yang terkena tipu oleh Krishna, dan lain sebagainya. Jadi kata “jatuh di pelukan Krishna” terlihat menggambarkan sebagian padahal yang dimaksud seluruhnya.

b.      Totem pro parte
1)      Mulutnya penuh dengan makanan itu. Hlm 19

Kutipan di atas terlihat menggambarkan keseluruhan, padahal yang dimaksud adalah sebagian. Pada kata “mulutnya penuh dengan makanan itu”, berarti semua makanan terjejal di mulut Bintang, padahal yang dimaksud hanya sebagian. Yaitu hanya sebagian makanan yang masuk ke dalam mulut Bintang. Jadi kutipan di atas menunjukkan keseluruhan namun yang dimaksud hanyalah sebagian.

2)      Semua baju Bintang basah karena tertumpah minuman yang dibawa Daniel dengan sengaja. Hlm 29

Kutipan di atas terlihat sepintas menggambarkan keseluruhan, yaitu pada kata “semua baju Bintang basah” karena tertumpah minuman yang dibawa Daniel dengan sengaja. Berarti yang basah adalah seluruh baju Bintang. Padahal yang basah hanyalah sebagian dari baju Bintang. Karena hanya tertumpah minuman dari gelas, tidak mungkin sampai membasahi seluruh baju. Jadi kutipan di atas terlihat menggambarkan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.

8.      Litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri (Keraf, 2006 : 132).
Majas Litotes di dalam novel “Bintang Tertusuk Cinta” dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut ini:

a.       “Maaf ya, makanannya memang terlihat kampungan, tapi semoga kamu suka,” ucap Bintang. Hlm 49

Majas litotes terlihat pada kata “makanannya memang terlihat kampungan” padahal yang sebenarnya makanan yang disajikan adalah makanan kesukaan Bram yang dibuat oleh Bintang. Bram menganggap bahwa makanannya sangat istimewa, tetapi Bintang berusaha merendah diri dengan mengatakan makanannya terlihat kampungan.

b.      Ini kadonya Tante, isinya memang tidak seberapa, semoga Tante suka dengan kado Bintang. Hlm 93

Majas litotes juga terlihat pada kutipan di atas, yaitu pada kata “isinya memang tidak seberapa”. Di novel itu tertulis Bintang memberikan kado sebuah kalung berlian kepada Mamanya Fara, sahabat Bintang. Tetapi Bintang berusaha merendahkan diri dengan mengatakan “isinya (kado) tidak seberapa”.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan analisis pemajasan yang telah dilakukan pada makalah ini, bentuk majas yang paling banyak muncul adalah majas personifikasi yang berjumlah 19 buah, sedangkan yang paling sedikit adalah bentuk majas litotes yang berjumlah 2 buah. Secara keseluruhan, pengarang menggunakan pemajasan sampai 67 buah yang ditemukan. Di antaranya tergolong personifikasi 19 buah, simile 13 buah, metonimia 8 buah, hiperbola 8 buah, paradoks 6 buah, metafora 6 buah, dan litotes 2 buah.















DAFTAR PUSTAKA

Hartoko, Dick & B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra.Yogyakarta: Kanisius
Jabrohim, dkk. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Nusa Indah
___________. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
___________. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengakajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
_________________. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar