Jumat, 06 November 2015

MAKALAH TEORI BELAJAR BAHASA: PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF



Makalah
PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF
 (Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa)
Dosen Pengampu: Prof. Soeparno


B
Disusun oleh:
Maya Marliana (12003060)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014


A.    PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang Masalah
Sejak kurikulum tahun 1994 diluncurkan, pendekatan komunikatif dalam pembelajaran sudah dicanangkan. Namun, menurut survey, pada kenyataannya banyak para pengajar masih bertahan dalam menggunakan pendekatan lama, yaitu tata bahasa terjemahan atau pendekatan audiolingual.
Pendekatan komunikatif muncul sebagai pengganti atas pendekatan sebelumnya yang dinilai sudah tidak layak lagi karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan teori psikologi maupun perkembangan linguistik. Pendekatan komunikatif didasarkan pada hakikat bahasa sebagai sarana komunikasi serta fungsi dan kedudukan bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa bermuara pada kompetensi komunikatif, yang merupakan kompetensi yang bermatra majemuk, yakni meliputi kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguitik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategik.
Pembelajaran bahasa tidak hanya sekadar bertujuan untuk menguasai kaidah-kaidah gramatikal, tetapi yang lebih penting ialah memiliki kompetensi komunikatif. Dengan tujuan utama pembelajaran adalah fungsi komunikatif, yaitu pendekatan komunikatif selalu mengatur model pembelajarannya berpusat pada pendidik, dan guru di sini berperan sebagai organisator, motivator, dan fasilitator. Pembelajaran kelompok maupun individual yang memberdayakan siswa selalu diupayakan. Interaksi antarsiswa, maupuan interaksi antara siswa dengan guru sangat tinggi. Bahan ajar yang diupayakan pada bahan ajar yang realistis, yang berakar pada realita yang lazim.

2.      Rumusan Masalah.
1.      Apa sajakah kelebihan dan kekurangan dalam penerapan pendekatan komunikatif?
2.      Bagaimana penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Indonesia?
3.      Bagaimana penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur Asing?
4.      Bagaimana penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Asing bagi penutur bahasa Indonesia?


3.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam penerapan pendekatan komunikatif.
2.      Untuk mengetahui cara menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Indonesia.
3.      Untuk mengetahui cara menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur Asing.
4.      Untuk mengetahui cara menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Asing bagi penutur bahasa Indonesia.

B.     PEMBAHASAN

1.       Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Komunikatif
a.       Kelebihan dari penerapan pendekatan komunikatif tersebut adalah:
1)      Dialog dapat digunakan, yaitu berpusat pada fungsi komunikatif dan biasanya tidak dihafalkan.
2)      Penggunaan bahasa ibu secara bijaksana dapat diperkenankan asal dibutuhkan.
3)      Penerjemahan dapat digunakan bila bermanfaat bagi pembelajar.
4)      Guru dapat membantu siswa dengan cara apa pun yang memotivasi mereka mempelajari bahasa.
5)      Siswa termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama pelajaran, langsung dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia atau bahasa Asing (dalam batas fungsi, kegiatan berbahasa dan keterampilan tertentu).
6)      Siswa lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana dan strategis.
7)      Suasana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi antar pelajar dengan berbagai model interaksi dan tingkat kebebasan yang cukup tinggi, sehingga tidak membosankan.
8)      Pendekatan ini menekankan komunikasi sehingga kelancaran siswa dalam menggunakan bahasa akan cepat tercapai.
9)      Kenyamanan di dalam kelas juga tercipta dengan baik karena mereka mendapat kesempatan yang banyak dalam berinteraksi dengan teman-temanya ataupun dengan gurunya.

b.      Adapun kekurangan dari penerapan pendekatan komunikatif di antaranya:
1)      Kemampuan membaca dalam keterampilan tingkat ambang tidak mendapat perhatian yang cukup.
2)      Loncatan langsung pada keterampilan komunikasi dapat menyulitkan siswa pada tingkat permulaan.
3)      Setiap kesempatan siswa dilibatkan dalam kegiatan yang menekankan “kelancaran” sementara penilaianya kebanyakan berfokus pada “ketelitian”.
4)      Authentic material yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sulit ditemukan.
5)      Kesalahan tata bahasa yang lebih banyak terjadi pada saat siswa berbicara karena guru kurang memberikan feedback terhadap kesalahan siswa sehingga cenderung menjadi kesalahan yang sulit untuk diperbaiki lagi.

2.      Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Bahasa Indonesia.

Dalam menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia kepada penutur bahasa Indonesia, seorang guru maupun pelajar atau penutur terlebih dahulu harus mempunyai penguasaan secara naluri untuk menggunakan dan memahami bahasa secara wajar dalam proses berkomunikasi atau berinteraksi sosial.
Sebelum melangsungkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif, seorang guru harus mempersiapkan materi terlebih dahulu yang cocok digunakan dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif. Materi yang dapat digunakan harus berdasarkan teks, tugas dan reaksi, sehingga materi dapat mencapai tujuan yang dirumuskan kurikulum. Materi yang digunakan harus autentik dan mampu merangsang terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, juga siswa dengan siswa lainnya. Materi harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa dalam memperhatikan bentuk-bentuk bahasa serta mampu mendorong siswa mengembangkan keterampilan berbahasa.
Kemudian, guru harus menerapkan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perkembangan komunikasi siswa dalam berbahasa Indonesia. Kegiatan komunikasi itu di antaranya: kegiatan komunikasi yang bersifat fungsional, dan kegiatan komunikasi yang bersifat interaksi sosial. Dalam kegiatan komunikasi fungsional, yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengolah informasi yang akan disampaikan secara lisan mengenai pembelajaran yang akan berlangsung, sehingga kurang lebihnya siswa dapat memahami dan mengetahui apa yang akan disampaikan guru selanjutnya. Dalam kegiatan tersebut, siswa tidak hanya diharapkan memahami informasi yang disampaikan secara langsung, tetapi juga secara tertutup atau tidak langsung.
Di dalam kegiatan komunikasi interaksi sosial, guru harus berimprovisasi atau dengan melakukan aneka simulasi serta dapat mempengaruhi siswanya untuk berdialog satu sama lain, bermain peran, sidang-sidang konversasi, diskusi dan berdebat, sehingga kegiatan komunikasi akan tercipta dengan baik di setiap kesempatan.
Penerapan kegiatan tersebut akan mendorong siswa untuk mampu menyatakan informasi faktual seperti: mengidentifikasi, melaporkan, menanyakan atau mengoreksi informasi yang didapat. Kemudian, pada siswa lain berhak menanyakan sikap intelektual seperti: menyanggah atau memberikan pendapat atas hal persetujuan dengan pihak lain, atau sebaliknya, terhadap hasil informasi yang telah disampaikan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan melatih siswa dalam berkomunikasi secara total di forum resmi, dengan saling berhubungan baik antarsiswa lainnya, maupun dengan pengajar.
Terdapat juga beberapa kendala dari penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Indonesia, yaitu di antaranya: hasil pengajaran bahasa Indonesia harus tergantung pada peranan dan kualitas guru, artinya sejauh mana guru dapat menanamkan kemahiran fungsional bahasa Indonesia di dalam diri siswa, sehingga guru harus benar-benar memaksimalkan materi yang harus disiapkan, agar pembelajaran berlangsung efektif dan efisien.
Selain kendala dari pengajar, adapun kendala yang didapat oleh siswa atau pembelajar, yaitu siswa harus betul-betul memahami kaidah dalam tataran tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, kosakata, dan semantik bahasa Indonesia. Seseorang dianggap memiliki kompetensi gramatikal kalau dia menguasai kaidah lafal dan ejaan, kaidah bentuk kata, kaidah kalimat baku, kaidah kosakata, dan kaidah makna. Selain itu para pembelajar harus mampu mengembangkan kompetensi komunikatif bahasa yang mencakup kemampuan menafsirkan bentuk-bentuk linguistik secara eksplisit maupun inplisit. Tentu tidak mudah dalam melewati itu semua, dan yang pasti mempunyai hambatan-hambatan yang mungkin menyulitkan siswa, tetapi akan menuntun pada hasil yang maksimal jika dilakukan dengan maksimal pula oleh siswa dan juga guru sebagai pengajar.
Upaya yang dapat dilakukan terutama bagi seorang pengajar, yaitu harus memaksimalkan peranan sebagai langkah pemberian pemahaman yang lebih baik bagi siswa mengenai tata bahasa, penggunaan bahasa, kaidah kosakata, maupun kaidah maknanya. Guru harus mampu mengkondisikan siswanya dengan imrpovisasi secara wajar, sehingga pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan tertib.

3.       Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Asing Bagi Penutur Bahasa Indonesia.

Dari penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa asing bagi penutur bahasa Indonesia ini didapati beberapa prinsip yang menuai pembelajaran berlangsung dengan efektif dan memenuhi pencapaian tujuan. Proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupa mereka sehari-hari. Membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru yang didasar pada  pengetahuan awal.
Pada kegiatan diskusi, terutama dengan menggunakan bahasa Asing harus lebih dominan daripada hanya sekadar belajar secara mandiri. Sebab, kegiatan diskusi ini akan melatih siswa dalam berbahasa asing dengan baik, sesuai dengan kaidah dan pengaturan bahasa asing itu sendiri.
Strategi pengungkapan pendapat dalam suatu forum diskusi resmi yang mencakup saling berbagi pengalaman, ide, maupun gagasan. Hal ini agar siswa dapat berpikir tentang isu secara terbuka dan komprehensif.
Selanjutnya, dengan melatih siswa memahami struturisasi sebuah cerita naratif yang menggunakan bahasa asing, dan dapat membantu siswa dalam mencermati elemen sebuah cerita naratif asing tersebut. Kemudian, siswa dapat menulis dengan bebas tentang hal apa yang menjadi ide dasar atau pengalamannya ke dalam bahasa asing, dan membacakan hasilnya dengan penuturan kaidah bahasa asing yang baik dan benar.
Mungkin beberapa kendala yang membuat seseorang tidak cepat melafalkan atau mahir berbahasa asing atau bahasa Inggris di antaranya, karena bahasa Inggris memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam pelafalan kosa kata dan tata bahasanya, karena dalam bahasa Inggris cenderung lebih terfokus pada cara penulisan kosa kata serta kaidah-kaidahnya dibanding berkomunikasi langsung secara lisan, sehingga pembelajar kurang terlatih dalam berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. Tidak berbeda jauh dengan pembelajaran bahasa Arab bagi penutur bahasa Indonesia, yang juga terfokus pada pelafalan kosa kata dan struktur bahasa Arab itu sendiri dibandingkan berkomunikasi langsung secara lisan.
Upaya yang dapat dilakukan adalah, di setiap satuan pendidikan yang menerapkan pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris maupun bahasa Arab sebaiknya jangan terlalu difokuskan pada tatacara penulisan atau kosa katanya saja, melainkan siswa diberikan pula kesempatan untuk memahami kaidah tatabahasanya itu secara lisan, agar siswa dapat terlatih berbahasa asing dengan baik.

4.      Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Bahasa Asing.

Pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Asing di Indonesia tentu berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia di negara lain di luar Indonesia. Para penutur asing yang ingin berbahasa Indonesia harus langsung berhadapan dengan penutur asli bahasa Indonesia dan mempelajari sendiri budaya serta adat istiadat bangsa Indonesia. Dalam hal ini tentu lebih banyak memberikan kemudahan dalam mempelajari bahasa Indonesia dan meningkatkan kelancaran mereka dalam mengucapkan bahasa Indonesia.
Dalam melakukan pembelajaran bahasa Indonesia kepada penutur Asing dengan mudah dapat diterapkan menggunakan pendekatan komunikatif, yaitu langkah-langkah yang dapat dilakukan di antaranya:
1)      Pilihlah frase-frase yang akan dipelajari, kemudian tuliskan frase-frase tersebut, pahami artinya secara umum, catat dan klasifikasikan sesuai dengan kebutuhan untuk merespon kesempatan-kesempatan dalam menanggulangi permasalahan yang muncul, kemudian rekam sendiri pesan-pesan tersebut untuk persiapan praktik pada langkah berikutnya.
2)      Sebelum mendengarkan rekaman yang telah disiapkan, konsultasikan terlebih dahulu dengan pengajar, apakah sudah betul pengucapannya dan mungkin dapat diperbaiki atau dikembangkan kembali. Buatlah waktu jeda untuk melakukan peniruan.
3)      Penutur asing harus segera melakukan komunikasi dengan orang-orang penutur bahasa Indonesia yang ada di sekelilingnya. Sebagai tahap latihan praktik dasar untuk mengembangkan kosa kata bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Kendala yang didapat pada pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Asing yaitu di mana seorang pengajar yang tentunya berasal dari penutur asli bahasa Indonesia harus dapat menyesuaikan dengan tujuan penutur asing tersebut sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Karena dalam melakukan pembelajaran bahasa Indonesia kepada penutur asing tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, demi untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia itu sendiri.
Biasanya seorang guru dalam menghadapi siswa cenderung untuk menyampaikan bahan pengajaran sesuai dengan buku pegangan, dan biasanya bahan-bahan yang dihadapi kurang  kontekstual atau situasional. Inilah yang bisa menyebabkan kebosanan bagi siswa penutur asing. Kebanyakan kursus-kursus bahasa terlalu menekankan pada keterampilan kognitif, sehingga yang mereka pelajari adalah aturan-aturan berbahasa Indonesia dengan tata bahasa dan kosa kata yang tidak sesuai dengan kebutuhan, dan kurang dilatih berkomunikasi secara bebas.
                        Upaya yang dapat dilakukan agar penutur asing tidak akan merasa bosan jika penerapan pendekatan komunikatif berlangsung pada pembelajaran bahasa Indonesia yaitu perlu diperkenalkan kepada mereka budaya setempat secara global agar mereka tidak canggung dalam bergaul atau melakukan hal-hal yang mungkin bertentangan dengan adat istiadat setempat. Dengan mengenal tata cara kehidupan setempat mereka juga akan menjadi lebih percaya diri, dan mudah berinteraksi sosial dengan warga negara Indonesia. Itu pula sedikit demi sedikit dapat melatih mereka dalam berkomunikasi memakai bahasa Indonesia.












C.    PENUTUP

1.       KESIMPULAN

Pembelajaran bahasa komunikatif ini lebih tepat dianggap sebagai suatu pendekatan daripada dianggap sebagai sebuah metode. Apalagi sekarang ini sudah mulai diterapkan kurikulum baru yang sering disebut sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi. Lagi pula, dengan perkembangan filsafat konstruktivisme di Indonesia masik layakkah pendekatan komunikatif itu diterapkan dalam pembelajaran bahasa? Jawabnya, pendekatan komunikatif masih sangat relevan untuk diterapkan sekarang ini dalam konteks pembelajaran bahasa apa pun di Indonesia dalam berbagai jenjang pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan komunikatif dengan berbagai metodenya merupakan angin segar dalam pengajaran bahasa Indonesia maupun bahasa Asing.

2.        SARAN

Apapun jenis pendekatan pembelajaran bahasa yang digunakan, sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, kita harus tetap melestarikan dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia, serta menempatkan posisi bahasa Indonesia sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan. Tidak boleh diubah-ubah, mengingat banyak munculnya bahasa-bahasa asing yang ikut terlibat dan menjadi bagian dari kosa kata bahasa Indonesia, meskipun bahasa Indonesia itu sendiri terlebihnya juga banyak yang berasal dari bahasa Asing. Akan tetapi kita harus tetap bangga dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan harus tetap menjaga kaidah dalam penataan bahasa Indonesia itu sendiri dengan baik dan benar.








D.    DAFTAR PUSTAKA

1.      Alwi, Hasan. 1996. Penegasan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
2.      Azies, Furqanul & A. Chaedar Al-Wailah.1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek. Bandung:  Remaja Rosdakarya
3.      Fajar Aksi. 2013. Metode Audiolingual Metode Komunikatif.
4.      Haris Ishaq, Abdul. 2008. Problematika Pengajaran Bahasa Indonesia. (http://www.minmalangsatu.com. Diunduh pada tanggal 01-Juni-2014 pukul 20:09).
5.      Maman. 2013. Pendekatan Komunikatif Al-Madkhal Al.
6.      Sumardi, Mulyanto. 1992. Beberapa Pendekatan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.
7.      Taringan, Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa I. Bandang: Angkasa.


      

Sertifikasi Kemuhammadiyahan: Kepribadian Muhammadiyah



RANGKUMAN
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
Kelompok 7
Disusun oleh:
1.Eka Sri Utari (12003053)
2. Agustiyanti Nurba (12003058)
3. Maya Marliana (12003060)

1. Pengertian Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah bukanlah hal yang baru, Kepribadian Muhammadiyah adalah sesuatu yang menyatu dalam diri Muhammadiyah yang merupakan karakter / watak Muhammadiyah yang menjadi ciri Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah adalah rumusan hasil penggalian dari filosofi, pokok-pokok pikiran, prinsip dasar perjuangan, metode perjuangan,  tindakan dan gerak langkah  KHA Dahlan; para murid-muridnya dan aktifis Muhammadiyah pada waktu awal.. Dengan demikian, dalam rumusan itu berbagai hal  yang tidak sesuai dengan gagasan, cita-cita perjuangan Muhammadiyah dan keteladanan KHA Dahlan dan para muridnya telah dibersihkan. Ringkasnya rumusan itu telah dibersihkan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran dan keteladanan Nabi Muhammad SAW’.
2. Sejarah Lahirnya Kepribadian Muhammadiyah
Pemikiran baku tentang “ Kepribadian Muhammadiyah “ merupakan hasil keputusan Muktamar ke 35 (Muktamar setengah Abad) tahun 1962 di jakarta. Konsep awalnya berasal dari ceramah KH Faqih Usman pada masa kepemimpinan PP Muhammadiyah pereode 1959-1962 di bawah Ketua HM Yunus Anis. Ceramah itu berjudul “ Apa sih Muhammadiyah itu?” yang kemudian ditindak lanjudi tim perumus , untuk selanjudnya dibahas di Tanwir pada tanggal 25-28 Agustus 1962 dan akhirnya diputuskan di Muktamar ke 35 itu.
3. Latar Belakang Kepribadian Muhammadiyah
            Latarbelakang yang mewarnai dilahirkanya Kepribadian Muhammadiyah adalah masuknya pemikiran dan cara-cara politik dalam mengelola dan menggerakan Muhammadiyah setelah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dibubarkan dan orang-orang Muhammadiyah yang berkecimpung di Partai Politik Islam tersebut kembali ke Muhammadiyah.
4. Perumus Kepribadian Muhammadiyah

            Konsep awal kepribadian Muhammdiyah dilontarkan oleh KH Faqih Usman dalam sebuah kursus pimpinan  yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah dan diikuti oleh pimpinan Muhammadiyah seluruh Indonesia pada bulan Ramadhan 1381 H di Yogyakarta. Pada waktu itu KH Faqih Usman memberikan kuliahnya dengan judul “ Apakah Muhammadiyah itu?’
Konsep itu kemudian disempurnakan oleh sebuah tim yang anggotanya adalah :
1.    KH Faqih Usman.
2.    Prof. H.Farid Makruf,
3.    H.Djarnawi Hadikusumo,
4.    M. Djindar Tamimy,
5.    Dr. Hamka,
6.    KH R. Muhd Wardan Diponingrat,
7.    M. Saleh Ibrahim

5. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah

  Rumusan Kepribadian Muhammadiyah untuk pertama kalinya disusun oleh sebuah tim. Tim tersebut terdiri dari: K.H. Fakih Usman, K.H. Farid Ma’ruf, K.H. Wardan Diponingrat, Dr. Hamka, H. Djarnawi Hadikusumo, M. Djindar Tamimy dan M. Saleh Ibrahim. Pembentukan tim ini dilakukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, merespon isi pidato K.H. Fakih Usman yang berjudul “Apakah Muhammadiyah Itu?” disampailkan dalam kursus pimpinan Muhammadiyah se-Indonesia bulan Ramadhan 1381 H (1961 M).
Isi pidato itu mengandung makna yang sangat dalam, menggugah dan menarik perhatian para tokoh Muhammadiyah yang datang dari seluruh Indonesia. K.H. Fakih Usman dikenal kaya pengalaman, luas ilmunya dan mendalam ruhul Islamnya yang dapat menggugah semangat para pemimpin Muhammadiyah saat itu. Setelah selesai pidatonya, terjadi mufakat antar tokoh Muhammadiyah untuk merumuskan buah pikirannya agar kelak dimiliki kader-kader Muhammadiyah sekaligus sebagai pedoman organisasi.
Hasil kerja tim perumus materi Kepribadian Muhammadiyah kemudian diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah lalu ditetapkan sebagai agenda Sidang Tanwir tanggal 25- 28 Agustus 1962. Setelah melalui pembahasan dan penyempurnaan, akhirnya sidang Tanwir dapat menerimanya. Lalu dibicarakan lagi pada Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau yang dikenal Muktamar Setengah Abad. Tanggal 29 April 1963 rumusan tersebut telah sempurna dan lahirlah “Matan Rumusan Kepribadian Muhammadiyah”.   

6. Hakikat Kepribadian Muhammadiyah

            Hakikat Kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhah-nya persyarikatan Muhammadiyah. Wajah tersebut mencerminkan tiga predikat yang melekat kuat sebagai Asy Syakhsiyah atau jati dirinya secara utuh. 3 predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Dakwah dan Tajdid.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas (aqidah) perjuangan Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadikan Dinul Islam sebagai subyek (sumber nilai) dan sumber obyek (sumber konsep) perjuangannya. Sebagai sumber subyek ialah bahwa semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah selalu digerakkan dengan dinul ruhul Islam. Sebagai sumber obyek ialah semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah untuk “menegakkan dan menjunjung tinggi agama Allah SWT. Sebagai sumber nilai dan konsep dinul Islam tidak bisa dipisahkan dari perjuangan Muhammadiyah. Islam telah menjadi “Sibghah” yang mendasari, menjiwai dan mewarnai gerakan Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dapat dilihat dakwahnya ditujukan kepada kegiatan dan amal usahanya. Semua dilaksanakan sebagai Dakwah Islamiyah amar ma’ruf nahi munkar.
Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid adalah sifat dakwahnya ditujukan kepada umat Islam. Tajdid yaitu mengembalikan pemahaman dan pengamalan umat terhadap Dinul Islam secara murni yang meliputi benar dan tepat sesuai Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam bidang amaliyah tajdid dilakukan bersifat modernisasi. Mengaktualisasikan ajaran Islam sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat sehingga Dinul Islam menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin.

7. Isi Kepribadian Muhammadiyah

Matan atau teks Kepribadian Muhammadiyah dihasilkan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau yang dikenal dengan Muktamar Setengah Abad. Isi dari “Matan Kepribadian Muhammadiyah” ini harus diketahui dan dipahami oleh setiap anggota persyarikatan Muhammadiyah. Adapun isi selengkapnya sebagai berikut:

1.      Apakah Muhammadiyah Itu?
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan merupakan “Gerakan Islam”. Maksudnya dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua hal yaitu perseorangan dan masyarakat.
Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang yang pertama atau perseorangan terbagai menjadi 2, yaitu:
a.      Kepada yang telah Islam bersifat Tajdid (pembaruan). Artinya mengembalikan kepada ajaran Islam yang murni.
b.      Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.
Adapun dakwah yang kedua kepada masyarakat bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan. Semua dilaksanakan dengan musyawarah atas dasar taqwa dan mengharap ridla Allah SWT semata.

2.      Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip dalam Muqadimah Anggaran Dasarnya,, yaitu:
a.     Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah SWT.
b.     Hidup manusia harus bermanfaat.
c.     Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam.
d.     Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat.
e.     Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
f.        Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

3.      Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan dengan Ketertiban Organisasi
Dengan memperhatikan dasar prinsip di atas, maka Muhammadiyah berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah SWT.

4.      Sifat Muhammadiyah
Sifat-sifat Muhammadiyah sebagai berikut:
a.        Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
b.        Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
c.         Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
d.       Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
e.        Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar negara yang syah.
f.          Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.
g.        Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
h.        Kerja sama dengan golongan agama Islam mana pun dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam.
i.          Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain, sebagai pemelihara dan membangun negara.
j.          Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

8. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah

Fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah untuk menjadi landasan, pedoman dan pegangan  para pemimpin, aktifis dan anggota Muhammadiyah dalam menjalankan roda organisasi, gerakan dan amal usaha agar tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar dan tetap istiqomah kepada cita-cita dan perjuangan Muhammadiyah serta cara memperjuangkan cita-citanya. Artinya tidak terpengaruh oleh paham-paham agama lain, ideologi-ideologi lain, aliran-aliran agama lain, isme-isme, gerakan-gerakan politik, gaya hidup, kebudayaan dan peradaban non muslim serta cara berpikir non muslim (seprti cara berpikir Barat, sekuler, liberal dsb).


9. Muhammadiyah dan Masyarakat
           
  Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai Persyarikatan memilih dan menempatkan diri sebagai Gerakan Islam amar-ma'ruf nahi mungkar dalam masyarakat, dengan maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah Jamaah.
Di samping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal-usaha seperti tersebut pada Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk meningkatkan mutunya
Penyelenggaraan amal-usaha, tersebut merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah untuk mencapai Keyakinan dan Cita-Cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam dan bagi usaha untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.
10. Muhammadiyah dan Politik

Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya: dengan dakwah amar ma ma'ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan spirituil yang diridlai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada kepribadiannya
Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah.
Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa:
Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau Organisasi apapun
Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

11. Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan bekerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan Agama Islam serta membela kepentingannya.
Dalam melakukan kerjasama tersebut, Muhammadiyah tidak bermaksud menggabungkan dan mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi atau institusi